“Kenapa
harus saya, kenapa harus kami yang selalu dijadikan kambing hitam dalam
setiap krisis Negara,” dengan nada tinggi ucapan tersebut terlontar
dari mulut Fang Yin, seorang wanita keturunan etnis China.
Sembari
melakukan gerakan wusyhu (seni beladiri Cina) di sebuah panggung yang
disetting layaknya sebuah ruangan bergaya barat, Fang Yin (Olivia
Zalianty) terus bertanya tanya bagaimana dia, keluarga dan kaumnya
(warga China) menjadi kambing hitam dalam tragedi Mei 1998 silam.
Kekacuan sosial yang dipicu krisis politik rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pada kala itu.
Gugatan dari Fang Yin tersebut merupakan salah satu adegan dalam pertunjukkan teater monoplay bertajuk Sapu Tangan Fang Yin yang dimainkan Dapoer Seni Djogdja di Gedung Socited Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Sabtu (19/1/2013), malam.
Akibat
kekacuan sosial yang dipicu krisis politik itu, Fangyin beserta
keluarga harus kabur meninggalkan Jakarta menuju Los Angeles, Amerika
Serikat.
Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena berbagai tindakan
anarkhis terjadi di Jakarta seperti penjarahan, perusakan, pembakaran.
Bahkan dalam aksi kerusuhan itu, Fang Yin juga menjadi salah satu korban
perkosaan.
Dalam kerusuhan tersebut, Dapoer seni Djogdja
setidaknya mencatat ada 78 perempuan etnis China menjadi korban
perkosaan dan 85 orang mengalami kekerasan seksual sedangkan korban yang
meninggal dunia mencapai 1.217 orang dan 70.000 warga etnis China kabur
keluar negeri untuk menyelamatkan diri.
Kepindahan Fang Yin
menuju Los Angeles menyisakan trauma mendalam bagi dirinya. Bahkan di
negeri Paman Sam itu ia menjadi pribadi penyendiri karena perkosaan yang
menimpa dirinya menimbulkan luka jiwa yang dalam.
Dia pun
mengutuk Jakarta, bahkan membenci Indonesia meski ia dibesarkan di
negara tersebut. Adapun naskah “Sapu Tangan Fang Yin” ditulis sastrawan
Indra Tranggono dan Denny JA, berdasarkan puisi-esai karya Denny JA.
“Tema
sentral lakon ini adalah korban diskriminasi rasial dengan seting
kerusuhan Mei 1998 di Indonesia, di mana banyak orang Tiong Hoa menjadi
objek kekerasan massal. Ada yang dijarah harta bendanya, diperkosa dan
dibunuh. Dalam lakon ini, tokoh Fang Yin adalah wakil dari korban,” ujar
Indra Tranggono yang juga merangkap sebagai sutradara pementasan
bersama Isti Nugroho dan Toto Rahardjo kepada harianjogja.com, sesaat sebelum pementasan.
Pementasan Sapu Tangan Fang Yin
berdurasi selama 120 menit sendiri mengusung format Monoplay. “Mereka
diikat oleh tema, persoalan, alur kisah dan ruang permainan yang sama,
Tanpa melalui adegan secara langsung, baik verbal maupun visual. Mereka
tumbuh menjadi bagian bagian yang integral dalam sebuah pertunjukkan
atau lakon,” katanya.
Lakon Sapu Tangan Fang Yin merupakan pentas kedua bagi Dapoer Seni Djogja setelah pada 2011 silam mementaskan lakon Negaraku Sedang Demam.
Dalam lakon Sapu Tangan Fang Yin
sejumlah aktor senior turut ambil bagian dalam pemetasan antara lain
Joko Kamto, Novi Budianto (eks Teater Gandrik), Eko Winardi, dan B
Susiawan. Bahkan aktris Olivia Zalianty pun turut tampil dalam pentas
tersebut.
http://www.harianjogja.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar