Kebanyakan orang pasti pernah merasakan hal ini. Meski jarak dan jalan sama, perjalanan pulang selalu lebih cepat dibanding ketika pergi. Mengapa?
Ilmuwan yakin, ‘efek perjalanan pulang’ ini tak disebabkan karena orang merasa lebih mengenal jalan yang dilewatinya, namun karena perbedaan ekspektasi. Hal ini jelas berlawanan gagasan sebelumnya yang menyebutkan efek ini muncul merasa lebih mengenal jalan.
Kepala Peneliti Niels van de Ven dari Tilburg University di Belanda mengatakan, “Orang sering meremehkan seberapa lama perjalanan dan karenanya perjalanan terasa lama. Berdasarkan perasaan itu, pelancong beranggapan perjalanan pulang juga lama namun kemudian ternyata perjalanan pulang lebih cepat.”
Kepala Peneliti Niels van de Ven dari Tilburg University di Belanda mengatakan, “Orang sering meremehkan seberapa lama perjalanan dan karenanya perjalanan terasa lama. Berdasarkan perasaan itu, pelancong beranggapan perjalanan pulang juga lama namun kemudian ternyata perjalanan pulang lebih cepat.”
“Estimasi berlebihan ini menuntun pada ilusi perjalanan kembali lebih cepat,” ujar peneliti seperti dikutip Dailymail. Kesimpulan ini berdasarkan tiga hasil studi pendek saat 350 orang melakukan perjalanan menggunakan bus, sepeda atau menonton video orang mengendarai sepeda.
Efek perjalanan pulang ini terasa lebih cepat bagi partisipan yang awalnya mengaku perjalanan perginya akan sangat lama. Ironisnya, partisipan yang mengira perjalanan pulang akan lebih lama secara mengejutkan malah kebalikannya.
Hingga kini, penjelasan populer mengenai fenomena ini adalah karena orang telah mengenal jalannya. Namun, hasil studi terbaru menunjukkan sebaliknya.
“Tak perlu mengenai rute untuk merasakan efek perjalanan pulang,” ujar salah satu penulis studi Michael Roy dari Elizabethtown College di Pennsylvania.
Menurut van de Ven, temuan ini mampu membantu membuat prediksi baru cara orang menjalani durasi kerjanya meski tak terkait perjalanan. Para ilmuwan juga mengaku berharap mampu menjelaskan lebih lanjut mengenai efek perjalanan pulang ini.
Hasil riset ini diterbitkan dalam jurnal Springer’s Psychonomic Bulletin & Review.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar