APA ITU PARABENS? MENGAPA PERLU DIBATASI PADA PRODUK KOSMETIK - Loverlem blog

Post Top Ad

loading...

02 November 2017

APA ITU PARABENS? MENGAPA PERLU DIBATASI PADA PRODUK KOSMETIK

http://loverlem.blogspot.com/2017/11/apa-itu-parabens-mengapa-perlu-dibatasi.html
APA ITU PARABENS? MENGAPA PERLU DIBATASI PADA PRODUK KOSMETIK


Kesadaran masyarakat untuk mengurangi paparan zat kimia membuat banyak produk kini memilih penggunaan bahan-bahan yang lebih aman untuk tubuh. Salah satu yang kini mulai dihindari adalah paraben dalam produk kosmetik.

Paraben dipakai secara luas sejak tahun 1950-an untuk mencegah pertumbuhan bakteri. "Sekitar 85 persen kosmetik memiliki zat ini. Harga paraben murah dan efektif," kata ahli zat kimia kosmetik Arthur Rich dari New York.

Selama ini paraben dianggap aman. Paraben dan turuannya, seperti butylparaben, methylparaben, dan propylparaben, bisa kita temukan dalam produk-produk kecantikan.

BACA JUGA : OALAH...BEGINILAH PENGAKUAN WANITA TENTANG SEKS

Paraben dipakai dalam berbagai produk, mulai dari sampo, pembersih muka, pelembab tubuh, hingga lipstik.

Di tahun 1990-an, paraben diketahui termasuk dalam xenoestrogensatau agen yang menyerupai estrogen dalam tubuh. Dampaknya adalah gangguan hromon estrogen dan hal ini terkait dengan kanker payudara dan masalah reproduksi.

Pada tahun 2004, peneliti kanker dari Inggris Philippa Darbre menemukan paraben pada tumor kanker payudara yang ganas.

Penelitian tersebut membuat pejabat berwenang di banyak negara merekomendasikan pembatasan paraben pada produk kosmetik. Selain itu, ada kecemasan jika paraben menumpuk di tubuh, dalam jangka panjang bisa berakumulasi dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Di lain pihak, dari penelitian di Inggris itu tidak disebutkan apakah dalam jaringan nonkanker dari payudara yang sehat juga mengandung paraben. Padahal hal ini perlu untuk memastikan bahwa paraben di tumor tidak serta merta membuktikan zat ini penyebab kanker.

Walau begitu, saat ini kebanyakan produk kosmetik membatasi penggunaan paraben dalam produknya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

loading...