Ada tujuh penyebab penyakit yang biasa diderita manusia. Penyebab itu terdiri dari penyebab genetik atau turunan, penyebab dari dalam tubuh sendiri yang diakibatkan oleh makanan dan minuman, temperatur, pikiran, perbuatan, serta benda-benda mati atau benda hidup di luar tubuh manusia.
Rincian penyebab genetik jelas. Diabetes dan darah tinggi masuk dalam kategori ini. Kemudian bahan kimia tertentu dari makanan dan minuman yang dalam jangka waktu lama terakumulasi dalam tubuh juga menjadi ancaman munculnya penyakit.
Demikian pula temperatur yang secara drastis berganti-ganti mempengaruhi tubuh manusia. “Setelah berpanas-panas lalu masuk ke ruang AC yang sangat dingin atau setelah makan panas lalu tiba-tiba minum dingin, akan mengganggu tubuh kita,” papar Merta Ada, 42, pendiri Meditasi Kesehatan di Bali .
Lalu tentang pikiran dan perbuatan. Menurut Merta Ada, memikirkan tentang rujak saja, produksi air liur seseorang sudah bertambah. Itu berarti, setiap kali manusia berpikir, maka pasti ada organ-organ tertentu yang terpacu untuk memproduksi ensim atau hormon-hormon tertentu.
Demikian pula dengan perbuatan, seperti pelampiasan rasa marah misalnya. Pada saat seseorang dihinggapi rasa marah, maka organ tubuh orang tersebut bereaksi dengan memompa jantung lima kali lebih cepat dari biasa.
Pada saat seperti itu, tubuh juga melepaskan lemak ke dalam aliran darah. Ini yang sering kurang disadari manusia. Padahal kalau reaksi tubuh seperti itu berlangsung lama, organ-organ yang berfungsi mengiringi pikiran dan perbuatan tersebut bisa terganggu.
Kemudian benda-benda mati atau benda hidup, kasat mata mau pun tidak, di luar tubuh manusia juga bisa berpengaruh pada kesehatan. Tetumbuhan di dekat atau di dalam rumah, tenung, santet, dan setan, serta makhluk seperti cacing dan virus-virus lain, telah lama diketahui bisa menjadi sumber penyakit.
Menurut Merta Ada, semua penyebab penyakit itu bisa muncul dalam bentuk keluhan penyakit yang berbeda-beda pada setiap manusia. Tapi satu hal yang jelas, ada penyakit-penyakit tertentu yang dapat diobati secara medis, ada pula yang tidak.
“Sering kita melihat orang yang sudah diperiksa macam-macam dan tidak ditemukan adanya penyakit, masih saja merasakan ada kelainan pada tubuhnya,” katanya.
Dari kenyataan itulah Merta Ada menawarkan alternatif penyembuhan meditasi. Konsep dasarnya adalah, memperlakukan penyakit bukan hanya dari badan kasar saja, yaitu fisik, tapi juga dari badan halus.
Yang dimaksud badan halus itu adalah median-median energi dalam tubuh, serta badan pikiran, yaitu pikiran manusia itu sendiri. “Orang flu biasanya diberi antibiotik. Tapi kalau sudah diberi antibiotik tetap tak sembuh, kami menawarkan meditasi. Mungkin ada.
sebab-sebab lain pada tubuh halusnya,” ungkap Merta. Lebih jelasnya, Merta menambahkan, bila seseorang menderita suatu penyakit tertentu, maka biasanya secara medis ia akan memperoleh obat tertentu pula tanpa melihat latar belakang dan gaya hidup orang tersebut.
Dengan demikian bisa terjadi dua orang berpenyakit sama, tapi yang satu sembuh sedang yang lain tak sembuh meski keduanya memperoleh obat yang sama.
Contoh lain lagi adalah soal virus. Meski obat anti virus bnayak dijual, tapi virus itu sendiri tidak bisa mati. Obat anti virus herpes barangkali menyembuhkan bentol-bentol di kulit akibat virus herpes. Tapi meditasi kesehatan merupakan upaya menjaga supaya virus herpes tidak mampu merajalela pada tubuh.
Pikiran harmonis
Meditasi yang diajarkan Merta Ada hanyalah suatu sarana. Tujuan pokoknya adalah mengelola pikiran untuk menghilangkan kekuatiran, kecemasan, keserakahan, kemarahan, dan memori-memori buruk lain supaya diperoleh kondisi pikiran yang harmonis.
Adapun upaya memperoleh kondisi itu dilakukan dengan cara duduk bersila sambil menggerakkan pikiran untuk mmeperhatikan proses keluar-masuknya nafas di hidung.
Pemusatan pikiran ini penting. Sebab seperti sudah disebut, setiap aksi yang dilakukan oleh pikiran pasti akan diikuti oleh aksi-aksi lain oleh organ tubuh. Dengan menggerakkan pikiran pada satu sasaran yaitu pada proses keluar-masuknya nafas di hidung, diharapkan organ-organ tubuh lain tidak banyak melakukan aksi. Dari keadaan seperti itu, diharapkan pula akan diperoleh suasana tubuh dan pikiran yang seimbang dan harmonis.
Merta lebih sering menyebut suasana pikiran seperti itu dengan istilah pikiran bijak atau sadar. Untuk lebih memudahkan munculnya pikiran bijak itu, pada awal, pertengahan, dan akhir meditasi, Merta biasanya mengajak peserta meditasi mengucapkan salam bahagia, dalam hati atau disuarakan, kepada seluruh makhluk hidup di segala arah.
Kemudian, dengan pikiran yang sudah bijak itu pula, peserta meditasi diajak mengarahkan pikirannya ke seluruh anggota tubuh baik yang kelihatan maupun yang tidak.
“Sadari adanya rasa sakit kalau ada yang sakit dan munculkan pikiran harmonis pada bagian yang sakit itu,” begitu Merta Ada biasa memberi instruksi pada peserta meditasi.
Dengan mengikuti cara itu, tak sedikit pasien yang memiliki harapan sembuh setelah bingung mencari pengobatan. Sejak membuka klinik Meditasi Kesehatan Bali Usada Center di Denpasar sekitar enam tahun lalu, sudah lebih dari 16.000 peserta (seperempatnya orang asing) terdaftar mengikuti kegiatan alternatif kesehatan itu.
Penderita cirosis hati, darah tinggi, diabetes, banyak yang mengaku kondisinya terus membaik setelah rutin bermeditasi. “Saya pernah dua kali masuk rumah sakit karena liver. Setelah dua tahun rutin meditasi, kondisi saya cepat pulih. Padahal dulu, untuk memulihkan kondisi tubuh, rasanya lama sekali,” ungkap Wahju Aji, 42, seorang pilot Garuda.
Dikutip dari Tabloid SENIOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar