Hal yang wajib disediakan bagi perempuan adalah Pembalut Yang Aman. Karena menstruasi bisa saja datang sewaktu-waktu tanpa diundang. Tapi berita baru-baru ini mengatakan ada banyak daftar nama pembalut wanita yang ternyata mengandung klorin, yaitu bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pemutih.
Adanya beberapa merek pembalut yang mengandung klorin ini terungkap dari hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sembilan merk pembalut wanita. Hasilnya, kadar klorin tertinggi didapat pada pembalut wanita terkenal merek Charm. "Merek Charm terbukti mengandung kadar klorin tertinggi, yaitu 54,73 ppm (parts per million)," ujar peneliti YLKI, Arum Dinta,
Kemudian, secara berturut-turut, yaitu merek Nina Anion (39,2 ppm), My Lady (24,44 ppm), VClass Ultra (17,74 ppm), Kotex (8,23 ppm), Hers Protex (7,93 ppm), Laurier (7,77 ppm), Softex (7,3 ppm), dan Softness Standar Jumbo Pack (6,05 ppm). Pembelian sampel dilakukan dalam kurun waktu Desember 2014-Januari 2015 dari ritel modern, agen, dan toko.
Uji laboratorium pembalut memakai cara analisis kimia spektrofotometri yang dilakukan di laboratorium TUV NORD Indonesia yang telah diakui. Arum mengatakan, bahan merek pembalut yang sering dipakai oleh konsumen tidak 100% dari kapas, tetapi ada juga yang menggunakan campuran bubuk kayu dan limbah pakaian yang mengandung klorin.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi hak konsumen untuk memakai produk pembalut yang aman.
Kandungan klorin pada pembalut dikhawatirkan dapat menganggu kesehatan organ intim wanita yang menyebabkan risiko iritasi hingga keputihan.
"Perusahaan harus memperhatikan keamanan produk yang dibuatnya, apalagi di daerah sensitif bagi wanita," kata Arum
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan kandungan klorin pada 9 pembalut wanita yang biasa dipakai saat menstruasi. Adanya klorin ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan organ intim wanita, yang bisa menyebabkan risiko iritasi, gatalgatal, hingga keputihan.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi pun menyarankan konsumen menggunakan pembalut kain yang lebih bersih. "Pembalut kain bisa diipakai ulang, bisa dicuci dan keamanannya jangka panjang," ujar Tulus dalam jumpa pers di Kantor YLKI, Jakarta.
Menurut Tulus, pemakaian kain juga lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan pembalut sekali pakai yang pemakaiannya cukup tinggi di Indonesia. Namun, pembalut kain seperti yang dipakai wanita dulu, kini tak lagi diminati masyarakat. Pembalut kain dinilai kurang praktis.
Bagi wanita yang aktif, penggunaan pembalut kain dikhawatirkan tidak bisa menampung darah yang keluar ketika menstruasi.
Sebelumnya, YLKI melakukan penelitian terhadap 9 merek pembalut wanita dan 7 pantyliner. Hasilnya semua sampel tersebut mengandung klorin, yang biasa digunakan sebagai pemutih. Tulus mengatakan, konsumen memiliki hak untuk memakai produk yang aman.
Sebanyak 9 pembalut yang mengandung klorin yaitu merek Charm (54,73 ppm/parts per million), Nina Anion (39,2 ppm), My Lady (24,44 ppm), VClass Ultra (17,74 ppm), Kotex (8,23 ppm), Hers Protex (7,93 ppm), Laurier (7,77 ppm), Softex (7,3 ppm), dan Softness Standar Jumbo Pack (6,05 ppm). Untuk pentyliner, yaitu V Class (14,68 ppm), Pure Style (10,22 ppm), My Lady (9,76 ppm), Kotex Fresh Liners (9,66 ppm), Softness Panty Shields (9 ppm), CarFree Superdry. (7,58 ppm), dan Laurier Active Fit (5,87 ppm)
Pembelian sampel pembalut ini dilakukan dalam kurun waktu Desember 2014-Januari 2015 dari ritel modern, agen, dan toko. Uji laboratorium menggunakan metode analisis kimia spektrofotometri yang dilakukan di laboratorium TUV NORD Indonesia yang telah diakui.
Sumber: Tribunews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar