Istilah Ruwatan sebenarnya berasal dari kata bahasa Jawa Ruwat atau Luwar, yang berarti "Bebas". Sedangkan Sengkala berarti "Malapetaka, Bala, atau Marabahaya". Dari penyebutan istilah inilah banyak yang menganggap ritual ruwatan atau buang sial, sering dikaitkan dengan tradisi dari Jawa. Padahal ruwatan memiliki makna yang lebih luas. Tidak hanya dilakukan di lingkungan tradisi Jawa. Ruwatan atau ritual buang sial sebenarnya adalah tradisi spiritual di berbagai tempat dan berbagai kepercayaan. Hanya saja tata cara dan prosesnya yang berbeda-beda.
Dalam budaya Jawa, upacara ruwatan merupakan wujud perlindungan diri dari malapetaka yang diakibatkan Batara Kala. Sosok Raksasa keturunan Batara Guru dan Dewi Durga. Manusia yang mendapatkan malapetaka dari Batara Kala disebut sebagai sukerta.
Nasib sial yang menimpa sukerta biasanya karena pembawaan sejak lahir. Juga sebab perbuatan tertentu yang melanggar aturan. Sehingga perlu dilakukan upacara ruwatan dengan berbagai Ubo Rampe yang digunakan untuk selamatan. Dilanjutkan menggelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon Sudamala. Selain itu juga dengan melakukan upacara larung atau buang sial ke tengah lautan.
Tak berbeda dengan proses ruwatan dalam tradisi Jawa, di berbagai wilayah juga memiliki upacara buang sial. Di Sumatera dikenal upacara Tabuik, prosesi buang sial yang dilakukan seperti halnya larung. Di Bali dikenal terdapat upacara ruwatan Sapuh Leger untuk membuang segala nasib buruk. Di Kalimantan, di pesisir Pantai Berau, terdapat upacara Copporba yang dilakukan untuk melindungi kampung dari marabahaya.
Bahkan dalam keyakinan spiritual Islam pun terdapat proses pembersihan diri yang esensinya sama dengan ruwatan, misalnya ibadah zakat, puasa Ramadhan, dan Puasa Sunnah. Yang tujuannya untuk membersihkan batin dari hawa nafsu.
Dari berbagai proses ritual ruwatan tersebut. Pada hakikatnya memiliki persamaan tujuan yaitu untuk membersihkan diri agar terhindar dari bala’ dan malapetaka. Sedangkan yang membedakan adalah tata cara atau sarana yang digunakan. Melihat besarnya pengaruh ruwatan terhadap kehidupan. Sebagai pakar mistik nusantara, Ki Sabrang Alam turut membantu siapapun yang menginginkan kehidupannya lebih baik melalui sarana ruwatan praktis. Yaitu dengan menggunakan Ruwatan .
Bagaimana Cara Melakukan Ruwatan ?
Setiap tempat dan wilayah memiliki tata cara ruwatan yang berbeda-beda. Tetapi secara garis besar, proses ruwatan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Orang yang boleh memimpin proses ruwatan adalah orang-orang tertentu yang memang menguasai ilmu tentang ruwatan. Baik pengetahuan itu didapatkan secara turun-temurun maupun melalui ijazah khusus.
Begitu juga, orang yang hendak diruwat pun harus menyanggupi aturan dan syarat yang telah ditetapkan kepadanya. Seperti puasa, menyediakan kembang 7 rupa, air dari 7 sumber mata air, menyediakan minyak tertentu, menyiapkan ubo rampe (pelengkap ritual, biasanya berupa sesaji). Melakukan upacara selamatan. Serta acara pungkasan (penutup), dalam hal ini biasa dilakukan dengan menggelar menggelar pertunjukan wayang kulit.
Sebenarnya inti dari ruwatan bukanlah pada upacara, sesaji, atau upacaranya. Tetapi lebih kepada sejauh mana dampak positif ruwatan tersebut bisa dirasakan. Baik upacara, puasa, sesaji, ubo rampe, dan lainnya itu hanyalah “sarana”. Sedangkan sarana bisa disederhanakan. Asalkan sarana tersebut memiliki potensi positif. Yaitu melebur energi negatif menjadi energi positif. Mengubah kesialan menjadi keberuntungan.
Garam merupakan elemen yang sering digunakan pada berbagai tradisi spiritual sebagai sarana buang sial. Itulah kenapa larung (tradisi buang sial) dilakukan di tempat yang dekat dengan sumber garam, yaitu di tepi pantai atau di tengah laut.
Apa Saja yang Membuat Seseorang Perlu Melakukan Ruwatan ?
Dalam kehidupan, tidak ada satu pun yang tahu peristiwa apa yang akan terjadi kelak. Ada kalanya nasib baik, ada kalanya pula nasib na'as. Tuhan menciptakan nasib baik dan nasib buruk, bukan berarti manusia diperintah untuk pasrah menerima apapun yang akan menimpa dirinya. Atas alasan inilah, manusia memiliki kebebasan untuk berikhtiar dan berupaya. Baik melalui upaya secara lahir, maupun upaya secara batin dengan melakukan ruwatan .
Ruwatan diperlukan ketika Anda mengalami situasi buruk yang datang secara bertubi-tubi. Sering mengalami kegagalan dalam berbagai bidang kehidupan Anda. Seperti:
- Rumah Tangga sering cekcok dan kurang harmonis.
- Selalu mendapatkan kekasih/pasangan yang suka selingkuh.
- Gagal dalam urusan jodoh dan asmara.
- Susah menjual apapun kepada orang lain.
- Kurang mampu menangkap peluang untuk meraih kekayaan.
- Selalu sial dalam hal pekerjaan.
- Rumah/toko sering terjadi pencurian.
- Kesehatan tidak stabil dan Sering sakit-sakitan.
- Susah berkonsentrasi dalam bekerja ataupun belajar.
- Selalu diremehkan orang lain dan kurang berwibawa.
- Atau, untuk siapapun yang menginginkan kehidupannya lebih beruntung, sejahtera, dan sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar