Karakter ombak di pesisir selatan Pulau Jawa umumnya berenergi tinggi dengan ombak besar yang tiba-tiba datang dan menyapu pantai. Ada 3 hal yang mempengaruhi pembentukan ombak yaitu arus pasang surut (swell), angin pantai (local wind) dan pergeseran (naik-turun) massa batuan di dasar samudra. Kombinasi antara gelombang swell dengan angin local yang bertiup kencang dapat menimbulkan ombak besar. Jika disertai dengan naik-turunnya massa batuan di dasar samudra maka dapat menimbulkan Tsunami. Bentuk morfologi dasar laut Pantai Selatan juga sangat memungkinkan terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai yang sekaligus memicu terjadinya arus seretan.
Sebagai pantai yang mengalami pengangkatan (uplifted shoreline) dengan proses abrasi yang cukup kuat, profil pantai selatan umumnya memiliki zona pecah gelombang (breaker zone) dekat garis pantai. Akibatnya, zona paparan (surf zone) menjadi sempit. Bila terjadi interferensi gelombang, maka atenuasi gelombang akan terjadi sehingga membentuk gelombang besar. Karena daerah paparannya sempit, meski gelombang akan pecah di zona pecah gelombang, hempasan ombaknya masih dapat menyapu pantai dengan energi yang cukup kuat.
System arus di pantai dipicu oleh hadirnya arus di lepas pantai (coastal current) sebagai akibat sirkulasi air laut global. Dalam pergerakannya arus lepas pantai mengalami perubahan arah (deviasi) menjadi arus sejajar pantai (longshore current) akibat adanya semenanjung dan teluk. Arus balik (rip current) menuju laut sering muncul di teluk akibat arus sejajar pantai yang berlawanan. Kekuatan arus balik ini akan bertambah besar bila dasar laut memiliki jaringan parit dasar laut (runnel atau trough). Jaringan parit merupakan saluran tempat kembalinya sejumlah besar volume air yang terakumulasi di pantai, khususnya di zona paparan dan zona pasang surut (swash) ke laut.
Peristiwa terseretnya korban yang sedang berenang, diawali dengan hempasan dan gulungan ombak cukup kuat sehingga arus putar (turbulence current) pecahan ombak membuat korban terpental ke dasar laut. Hantaman ombak menyebabkan kepanikan sehingga koordinasi gerak tubuh menjadi kacau. Benturan kepala dengan benda keras pun dapat terjadi. Akibatnya korban tak sadarkan diri. Pada saat bersamaan arus balik langsung menyeret korban melalui jaringan parit dasar laut. Dalam waktu relative singkat ia akan kehilangan kesadaran karena terjadi perubahan tekanan air laut secara tiba-tiba. Korban dengan cepat kehilangan panas tubuh (hipotermia) dan akhirnya tewas.
Seperti di daerah karang hawu yang banyak terumbu karang yang telah mati atau batuan keras yang menjorok ke laut potensi jatuh korban akan bertambah, karena jaringan parit dasar laut dapat terbentuk di celah-celah karang. Pada beberapa kasus, korban terseret arus balik kemudian terjepit diantara celah-celah karang . tubuh korban pun tidak muncul lagi ke permukaan.
sumber : http://www.soloaja.com/v2/forum/21-lounge/7781-penjelasan-ilmiah-tentang-nyi-roro-kidul.html#7784
Tidak ada komentar:
Posting Komentar