Penelitian APSHOW menunjukkan bahwa pria dengan kekerasan ereksi optimal (EHS 4) lebih sering melakukan hubungan seks.
PRIA dengan ereksi tidak optimal merasa tertekan, khawatir, dan malu akan kondisinya. Sementara wanita dari pria dengan ereksi tidak optimal merasa kurang puas dengan kehidupan seksnya, bahkan khawatir akan kesehatan dan perasaannya.
APSHOW (Asia Pacific Sexual and Overall Wellness Survey) yang dilakukan di 13 negara pada Mei-Juli 2008 mengungkap fakta bahwa kepuasan terhadap kekerasan ereksi berkaitan erat dengan kepuasan seksual, kepuasan hidup secara umum, kebahagiaan dalam hidup berkeluarga, dan dalam peran individu sebagai suami dan istri.
“Angka perceraian cukup tinggi hari ini sebagai akibat masalah seks yang tidak terungkap,” kata Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS pada talkshow “Kebahagiaan Seksual Semu Ereksi Sub-optimal” yang diselenggarakan oleh Pfizer di Jakarta Theatre, Jakarta, belum lama ini.
Kekerasan ereksi bisa diukur dengan Erection Hardness Score (EHS), yakni skala ukur tingkat kekerasan ereksi yang dikembangkan oleh Pfizer. Dengan EHS, para praktisi kesehatan profesional dapat memonitor kemajuan pengobatan disfungsi ereksi (DE) dan memberikan dosis efektif yang dibutuhkan oleh pasien.
Menurut EHS, kekerasan ereksi terbagi atas empat kategori. Skala EHS 1 (satu) dinamakan severe erectile dysfunction, yakni keadaan di mana Mr P membesar tapi tidak mengeras, seperti tapai. Skala EHS 2 (dua) dinamakan moderate erectile dysfunction, yakni keadaan di mana Mr P mengeras tapi tidak cukup keras untuk penetrasi, seperti pisang. Skala EHS 3 (tiga) dinamakan suboptimal erection, yakni keadaan di mana Mr P cukup keras untuk penetrasi tapi tidak sepenuhnya keras, seperti sosis. Dan skala EHS 4 (empat) dinamakan optimal erection, yakni keadaan di mana Mr P keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya, seperti ketimun.
“Skala 1 tergolong DE derajat berat, skala 2 tergolong DE derajat sedang, sedangkan skala 3 tergolong DE derajat ringan. Dan karena derajatnya ringan, banyak pria tidak menyadarinya. Tapi saat ditanya, apakah (kekerasan ereksi) seperti dulu, dia akan menyatakan berbeda. Pasangan juga merasakan perbedaan ini. Saat ditanya mau ereksi lebih kuat, keduanya bilang mau,” lanjut androlog yang juga Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia ini.
Penelitian APSHOW menunjukkan bahwa pria dengan kekerasan ereksi optimal (EHS 4) lebih sering melakukan hubungan seks, dan lebih merasa puas serta memiliki pola pikir yang positif atas kehidupan dibandingkan pria yang hanya mencapai EHS 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar