PENTINGNYA ENERGI BATHIN DALAM ILMU PELET |
Sehebat apapun ilmu pelet tidak akan berarti apa-apa jika pemakai atau pemegangnya tidak dapat membangkitkan energi batin miliknya yang berasa dari kekuatan sugesti terpola. Ilmu pelet sebenarnya hanyalah sebuah simbol dari dari keinginan pelakunya. Karena itu kunci kekuatannya adalah bagaimana mempolarisasi keinginan tersebut.
Meskipun pengaruh globalisasi dengan modernitas dan kemajuan tekhnologi, keadaan di lapangan tetap saja menunjukan bahwa ilmu Pelet sebagai ilmu kuno peningggalan leluhur masih terus dibutuhkan oleh masyarakat.
Banyak orang yang mengaku ingin menguasai dan berkemampuan menguasai aji-aji peninggalan leluhur dalam bentuk ilmu pelet itu. Disamping itu, menjamurnyya paranormal yang hampir tumbuh di seluruh Nusantara menjadi fakta yang kuat untuk membuktikan bahwa fenomena tersebut memang tengah berlangsung.
Memang, untuk menguasai ilmu Pelet banyak cara dan jenis “lelaku” yang bisa dijalankan, mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Begitu pula dengan resiko yang harus ditanggung.
Namun, mengingat kemajuan jaman yang menciptakan satu kondisi masyarakat dengan kemudahan pemenuhan kebutuhan hidup, maka orang sekarang cenderung enggan menjalankan “lelaku-laku” prihatin itu. Kalau sudah begini, jalan satu-satunya adalah dengan meminta jasa paranormal.
Gejala inilah yang sekarang tengah terjadi dan saya alami. Sebagai seorang yang berkecimpung dalam jasa keparanormalan, terlebih dengan julukan media massa kepada saya dengan predikat “Pakar Pengasihan“, maka terus terang saya seringkali dibuat kerepotan dengan permintaan pasien yang kerap neko-neko. Tapi, selagi permintaan itu belum melampaui batas-batas norma yang ada, saya selalu berusaha memenuhinya.
Cantoh kasus, ada seorang bawahan yang ingin memelet atasannya yang kebetulan adalah seorang wanita cantik. Yang terlebih dahulu saya tanyakan adalah latar belakangan dari si pasien sehingga ia ingin memelet wanita itu. Kepada saya pria itu bercerita,
“Saya sangat mencintainya, bahkan saya pernah dengan jujur mengatakan perasaan saya tersebut padanya. Tapi, karena dia merasa kedudukannya lebih tinggi daripada saya, maka dia dengan kasar menolak cinta saya, bahkan sampai meludah di depan saya..... ”
Pengakuan lugas pasien saya ini sudah memberi satu modal penting buat dirinya, yakni bekal untuk menciptakan sugesti terpola. Walau bagaimanapun, dia datang ke tempat saya tentu dengan menyimpan kekecewaan yang sangat hebat, sehingga dia bisa memantulkan perasaan itu dalam bentuk energi sugesti yang dahsyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar