Hancurnya otoritas kerajaan Prancis, bukanlah dimulai dengan runtuhnya penjara Bastille, tetapi dimulai dari dalam Istana Versailles. Ketika itu pemerintahan Prancis dipimpin Louis XV (1715-1774). Tahun 1772, terjadilah penipuan terbesar dalam sejarah kerajaan Prancis, yang melibatkan gundik Louis XV Madame du Barry, Ratu Louis XVI Marie Antoinette, Kardinal De Rohan dan Jeanne De La Motte.
Menurut alkisah, Raja Louis XV yang sudah berusia lanjut dan mulai
pikun, memiliki wanita simpanan (gundik) bernama Madame Du Barry. Wanita
cantik ini, sangat disayangi Louis XV. Karena sayang tersebut, apapun
yang diminta Du Barry, senantiasa dipenuhi Louis XV. Ketika Du Barry
minta dibelikan kalung berlian yang termahal di dunia, Louis XV segera
memanggil Boehmer, seorang pedagang perhiasan yang sangat dipercayai di
lingkungan kerajaan.
Louis XV memerintah Boehmer untuk mencari berlian termahal tersebut.
Mendapat pesanan yang demikian menggiurkan itu, Boehmer mulai
mengumpulkan berlian termahal dari seluruh daratan Eropa. Akhirnya,
Boehmer berhasil mengumpulkan 600 batu berlian termahal dari semua
daerah dan negara di daratan Eropa. Boehmer yang memiliki naluri bisnis,
kemudian menggabungkan seluruh batu berlian dalam untaian kalung.
Sayangnya, ketika untaian kalung berlian tersebut sudah selesai
dibentuk dan hendak ditunjukkan kepada Louis XV dan Madame Du Barry,
Louis XV keburu meninggal karena penyakit cacar air. Boehmer tidak tahu
harus berbuat apalagi. Ia hanya bisa merenungkan nasib, karena apa yang
dikerjakan menjadi sangat sia-sia. Apalagi Madame Du Barry sudah tidak
berminat memiliki kalung tersebut. Boehmer pun hampir bangkrut, karena
ia tidak tahu ke mana dan kepada siapa kalung yang nilainya 7 juta
poundsterling atau kira-kira US$7 juta itu dijual.
Ketika Raja Louis XV digantikan Raja Louis XVI yang istrinya Marie
Antoinette, Boehmer pun berusaha melakukan pendekatan dan meyakinkan
Antoinette agar bersedia membeli untaian kalung berisi 600 berlian
tersebut. Namun, Antoinette merasa tidak tertarik dengan untaian kalung
tersebut. Selain menutupi leher pemakai, kalung itu kesannya norak dan
kampungan. Yang jelasnya, Antoinette yang ketika itu masih berusia 20
tahun, merasa tidak nyaman jika memakai untai kalungan tersebut.
Ketika Antoinette melahirkan empat orang anaknya, masing-masing
Marie-Thérèse-Charlotte, Louis-Joseph-Xavier-François, Louis-Charles dan
Sophie-Beatrix, pedagang berlian itu terus berusaha menawarkan berlian
termahal itu. Walau Boehmer berusaha mengugah hati Antoinette, agar
kalung tersebut dibeli sebagai hadiah baptis bagi anak-anaknya,
Antoinette tetap tidak tertarik dengan untaian kalung itu. Boehmer
merasa sangat terpukul dengan kegagalannya menjual untaian kalung
berlian tersebut.
Kardinal Berjubah Merah dan Wanita Penipu
Dalam perjalanan hidup sebagai anggota keluarga istana, Antoinette
bertemu dengan De Rohan, yang dikenal sebagai Kardinal Berjubah Merah.
Antoinette, yang putri Raja Austria ini, menyimpan perasaan tidak suka
terhadap De Rohan. Antoinette senantiasa mensejajarkan De Rohan dengan
untaian kalung berlian yang senantiasa ditawarkan Boehmer.
Keduanya, De Rohan dan kalung berlian itu, sama buruknya, dan
menyembunyikan kemunafikan. Untaian kalung berlian sungguh mahal, namun
tidak kelihatan indah. Demikian juga dengan De Rohan yang menerima suap,
senantiasa menghabisi uang untuk para gundiknya. Di mata Antoinette, De
Rohan merupakan sosok menyebalkan, pembohong dan licik.
De Rohan, walau tahu sangat dibenci Antoinette, tetap bersikukuh
untuk bisa dekat dan diterima dalam lubuk hati Antoinette. Berbagai
upaya dilakukan De Rohan untuk dapat mengetuk pintu hati Antionette.
Namun, upaya itu sia-sia, karena Antoinette memang merasa muak
melihatnya. Apalagi kebusukan De Rohan yang punya jabatan rangkap
sebagai Utusan Raja Prancis dan Kardinal Berjubah Merah itu, sudah
tersebar di seluruh daratan Eropa.
Kemudian, De Rohan bertemu seorang wanita licik bernama Jeanne De La
Motte, keturunan keluarga kerajaan Valois. Wanita cantik ini, istri dari
seorang komandan angkatan darat yang tidak terkenal dan tidak punya
uang. Ketika bertemu De Rohan, Jeanne mengaku memiliki keahlian khusus,
di mana ia dapat melakukan sesuatu yang bisa mendekatkan De Rohan dengan
Antoinette. Untuk memperkuat keyakinan De Rohan, Jeanne mengatakan
bahwa dirinya teman dekat Antoinette. Usahanya berhasil, De Rohan
percaya dan meminta Jeanne untuk melakukan apapun agar Antoinette bisa
dekat dengannya.
Sekitar tiga bulan lamanya, Jeanne berusaha mengatur siasat bagaimana
bisa mengelabui De Rohan. Jeanne bertemu dengan seorang ahli pemalsuan
dokumentasi. Kepada orang tersebut, Jeanne meminta dibuatkan sebuah
surat yang seakan-akan surat itu dari Antionette ditujukan kepada De
Rohan. Ketika menerima surat tersebut, De Rohan merasa senang sekali,
sehingga ia merasa tambah yakin akan keahlian Jeanne. Apalagi, Jeanne
dapat mengatur waktu untuk pertemuan De Rohan dengan Antoinette.
Waktu untuk pertemuan sudah ditetapkan di sebuah taman yang kelihatan
semak di belakang Istana Versailles. Pertemuan itu malam hari. Hati De
Rohan semakin berbunga-bunga dan tidak sabar menunggu waktu pertemuan.
De Rohan, tidak menyadari kalau dirinya sudah masuk dalam perangkap
kelicikan Jeanne yang akan mempertemukannya dengan Antinette palsu.
Jeanne dengan kerja kerasnya, berhasil menemukan seorang wanita yang
sangat mirip sekali dengan Antoinette.
Saat memasuki kawasan taman, De Rohan melihat Antoinette sudah
menunggunya. Karena sedang menghadap ratu, De Rohan pun memberikan
hormat dan puji-pujian kepada Antoinette palsu yang duduknya dengan
posisi menyamping. Pertemuan itu hanya beberapa menit, tapi sangat
berkesan bagi De Rohan, karena Antoinette palsu memberikan setangkai
bunga mawar. Pemberian bunga tersebut, dimaknai De Rohan sebagai
ungkapan cinta dari Antoniette.
Seminggu kemudian, Jeanne membawa surat yang terkesan dari Antoinette
dan diserahkan kepada De Rohan. Di dalam surat itu, Antoinette minta
dibelikan untaian kalung berlian termahal yang ada pada pedagang
Boehmer. De Rohan yang tidak berpikir panjang, segera membeli untaian
kalung berlian tersebut dan menitipkannya kepada Jeanne untuk diserahkan
kepada Antoinette.
Setelah menerima untaian kalung tersebut, Jeanne tersenyum. Akhirnya,
untaian kalung yang berisikan 600 berlian paling mahal dari seantero
daratan Eropa itu, menjadi miliknya. Kalung berlian itu, kemudian
diserahkan kepada suaminya untuk dibawa ke London. Oleh suami Jeanne,
untaian berlian itu dilepas, dan 600 berlian itu dijualnya di pusat
perdagangan perhiasan di kawasan Bond Street London.
Sebagian uang itu, dikirim ke Jeanne yang kemudian dibelikan rumah
mewah dengan fasilitas mewah serta sebuah kereta kuda. Jeanne menjalani
kehidupan glaomournya bersama seorang lelaki simpanannya.
Antoinette Marah
Dalam kurun waktu enam, di setiap pertemuan resmi dengan Antoinette,
De Rohan merasa keheranan, karena Antoinette tidak pernah dilihatnya
mengenakan untaian kalung berlian termahal di dunia itu. Kemudian, dalam
sebuah kesempatan, De Rohan menyapa Antoinette dan menanyakan kenapa
kalung berlian yang dihadiahkan itu, tidak dipakai.
Mendengar itu, Antoinette menjadi berang. Ia merasa terhina dan
dicemarkan nama baiknya oleh De Rohan. Merasa tidak senang, Antoinette
memerintahkan Parlemen Prancis untuk melakukan pengusutan terhadap
pernyataan De Rohan. Dari hasil penyidikan, Jeanne akhirnya dijebloskan
ke rumah tahanan. Sebagai hukumannya, di bagian tubuh Jeanne dicap
dengan besi panas, huruf “V”. Huruf ini sebagai tanda bahwa dirinya
adalah perampok dan penipu.
Jeanne dituduh melakukan tindakan penipuan yang mencemarkan nama baik Antionette dan merugikan De Rohan.
Memicu Revolusi
Ternyata, penahanan Jeanne de La Motte, mendapat rasa simpatik dari
rakyat Prancis. Menurut rakyat yang selama ini hidup dalam kemiskinan
dan kelaparan, Jeanne tidak bersalah. Mereka yakin, bahwa Jeanne
dijadikan “kambing hitam” dari kehidupan Antoinette yang memang suka
berfoya-foya.
Walau di lingkungan istana, kejadian ini dianggap sebagai guyonan,
namun bagi rakyat Prancis dijadikan sebagai masalah serius. Rakyat tidak
bisa menerima, Antoinette menghambur-hamburkan uang untuk membeli
kalung berlian, sementara rakyat hidup dalam kemiskinan dan kelaparan.
Kejadian ini, akhirnya memicu revolusi di Prancis.
Pergerakan revolusi membebaskan Jeanne de La Motte, yang kemudian
dilarikan ke London. Sementara, Antoinette ditangkap dan dipenjarakan
karena menghamburkan-hamburkan uang untuk membeli kalung berlian
termahal di dunia. Tahun 1773, Antoinette disidangkan di Pengadilan
Revolusi.
Marie Antoinette dihukum mati oleh revolusi dengan mesin pancung
guillotine. Warga Prancis menghakimi Antoinette sebagai ningrat yang
suka berfoya-foya terutama di Istana Trianon -faktanya memang begitu-
dan cinta busana – serta berhura-hura hingga fajar tiba.
Benar tidaknya kasus ini, sampai sekarang belum dapat dibuktikan.
Apalagi, dua tahun sebelum Antoinette dihukum pancung, Jeanne de La
Motte, tewas bunuh diri, melompat dari sebuah rumah di Edgware Street
London. (berbagai sumber/rangkuman: evin bakara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar