KALUNG PENCABUT NYAWA, PERHIASAN YANG MEMICU REVOLUSI DI PRANCIS - Loverlem blog

Post Top Ad

loading...

15 November 2012

KALUNG PENCABUT NYAWA, PERHIASAN YANG MEMICU REVOLUSI DI PRANCIS

Hancurnya otoritas kerajaan Prancis, bukanlah dimulai dengan runtuhnya penjara Bastille, tetapi dimulai dari dalam Istana Versailles. Ketika itu pemerintahan Prancis dipimpin Louis XV (1715-1774). Tahun 1772, terjadilah penipuan terbesar dalam sejarah kerajaan Prancis, yang melibatkan gundik Louis XV Madame du Barry, Ratu Louis XVI Marie Antoinette, Kardinal De Rohan dan Jeanne De La Motte.
Menurut alkisah, Raja Louis XV yang sudah berusia lanjut dan mulai pikun, memiliki wanita simpanan (gundik) bernama Madame Du Barry. Wanita cantik ini, sangat disayangi Louis XV. Karena sayang tersebut, apapun yang diminta Du Barry, senantiasa dipenuhi Louis XV. Ketika Du Barry minta dibelikan kalung berlian yang termahal di dunia, Louis XV segera memanggil Boehmer, seorang pedagang perhiasan yang sangat dipercayai di lingkungan kerajaan.

Louis XV memerintah Boehmer untuk mencari berlian termahal tersebut. Mendapat pesanan yang demikian menggiurkan itu, Boehmer mulai mengumpulkan berlian termahal dari seluruh daratan Eropa. Akhirnya, Boehmer berhasil mengumpulkan 600 batu berlian termahal dari semua daerah dan negara di daratan Eropa. Boehmer yang memiliki naluri bisnis, kemudian menggabungkan seluruh batu berlian dalam untaian kalung. 

Sayangnya, ketika untaian kalung berlian tersebut sudah selesai dibentuk dan hendak ditunjukkan kepada Louis XV dan Madame Du Barry, Louis XV keburu meninggal karena penyakit cacar air. Boehmer tidak tahu harus berbuat apalagi. Ia hanya bisa merenungkan nasib, karena apa yang dikerjakan menjadi sangat sia-sia. Apalagi Madame Du Barry sudah tidak berminat memiliki kalung tersebut. Boehmer pun hampir bangkrut, karena ia tidak tahu ke mana dan kepada siapa kalung yang nilainya 7 juta poundsterling atau kira-kira US$7 juta itu dijual. 

Ketika Raja Louis XV digantikan Raja Louis XVI yang istrinya Marie Antoinette, Boehmer pun berusaha melakukan pendekatan dan meyakinkan Antoinette agar bersedia membeli untaian kalung berisi 600 berlian tersebut. Namun, Antoinette merasa tidak tertarik dengan untaian kalung tersebut. Selain menutupi leher pemakai, kalung itu kesannya norak dan kampungan. Yang jelasnya, Antoinette yang ketika itu masih berusia 20 tahun, merasa tidak nyaman jika memakai untai kalungan tersebut.

Ketika Antoinette melahirkan empat orang anaknya, masing-masing Marie-Thérèse-Charlotte, Louis-Joseph-Xavier-François, Louis-Charles dan Sophie-Beatrix, pedagang berlian itu terus berusaha menawarkan berlian termahal itu. Walau Boehmer berusaha mengugah hati Antoinette, agar kalung tersebut dibeli sebagai hadiah baptis bagi anak-anaknya, Antoinette tetap tidak tertarik dengan untaian kalung itu. Boehmer merasa sangat terpukul dengan kegagalannya menjual untaian kalung berlian tersebut.

Kardinal Berjubah Merah dan Wanita Penipu
Dalam perjalanan hidup sebagai anggota keluarga istana, Antoinette bertemu dengan De Rohan, yang dikenal sebagai Kardinal Berjubah Merah. Antoinette, yang putri Raja Austria ini, menyimpan perasaan tidak suka terhadap De Rohan. Antoinette senantiasa mensejajarkan De Rohan dengan untaian kalung berlian yang senantiasa ditawarkan Boehmer. 

Keduanya, De Rohan dan kalung berlian itu, sama buruknya, dan menyembunyikan kemunafikan. Untaian kalung berlian sungguh mahal, namun tidak kelihatan indah. Demikian juga dengan De Rohan yang menerima suap, senantiasa menghabisi uang untuk para gundiknya. Di mata Antoinette, De Rohan merupakan sosok menyebalkan, pembohong dan licik.

De Rohan, walau tahu sangat dibenci Antoinette, tetap bersikukuh untuk bisa dekat dan diterima dalam lubuk hati Antoinette. Berbagai upaya dilakukan De Rohan untuk dapat mengetuk pintu hati Antionette. Namun, upaya itu sia-sia, karena Antoinette memang merasa muak melihatnya. Apalagi kebusukan De Rohan yang punya jabatan rangkap sebagai Utusan Raja Prancis dan Kardinal Berjubah Merah itu, sudah tersebar di seluruh daratan Eropa. 

Kemudian, De Rohan bertemu seorang wanita licik bernama Jeanne De La Motte, keturunan keluarga kerajaan Valois. Wanita cantik ini, istri dari seorang komandan angkatan darat yang tidak terkenal dan tidak punya uang. Ketika bertemu De Rohan, Jeanne mengaku memiliki keahlian khusus, di mana ia dapat melakukan sesuatu yang bisa mendekatkan De Rohan dengan Antoinette. Untuk memperkuat keyakinan De Rohan, Jeanne mengatakan bahwa dirinya teman dekat Antoinette. Usahanya berhasil, De Rohan percaya dan meminta Jeanne untuk melakukan apapun agar Antoinette bisa dekat dengannya.

Sekitar tiga bulan lamanya, Jeanne berusaha mengatur siasat bagaimana bisa mengelabui De Rohan. Jeanne bertemu dengan seorang ahli pemalsuan dokumentasi. Kepada orang tersebut, Jeanne meminta dibuatkan sebuah surat yang seakan-akan surat itu dari Antionette ditujukan kepada De Rohan. Ketika menerima surat tersebut, De Rohan merasa senang sekali, sehingga ia merasa tambah yakin akan keahlian Jeanne. Apalagi, Jeanne dapat mengatur waktu untuk pertemuan De Rohan dengan Antoinette. 

Waktu untuk pertemuan sudah ditetapkan di sebuah taman yang kelihatan semak di belakang Istana Versailles. Pertemuan itu malam hari. Hati De Rohan semakin berbunga-bunga dan tidak sabar menunggu waktu pertemuan. De Rohan, tidak menyadari kalau dirinya sudah masuk dalam perangkap kelicikan Jeanne yang akan mempertemukannya dengan Antinette palsu. Jeanne dengan kerja kerasnya, berhasil menemukan seorang wanita yang sangat mirip sekali dengan Antoinette.

Saat memasuki kawasan taman, De Rohan melihat Antoinette sudah menunggunya. Karena sedang menghadap ratu, De Rohan pun memberikan hormat dan puji-pujian kepada Antoinette palsu yang duduknya dengan posisi menyamping. Pertemuan itu hanya beberapa menit, tapi sangat berkesan bagi De Rohan, karena Antoinette palsu memberikan setangkai bunga mawar. Pemberian bunga tersebut, dimaknai De Rohan sebagai ungkapan cinta dari Antoniette.

Seminggu kemudian, Jeanne membawa surat yang terkesan dari Antoinette dan diserahkan kepada De Rohan. Di dalam surat itu, Antoinette minta dibelikan untaian kalung berlian termahal yang ada pada pedagang Boehmer. De Rohan yang tidak berpikir panjang, segera membeli untaian kalung berlian tersebut dan menitipkannya kepada Jeanne untuk diserahkan kepada Antoinette.

Setelah menerima untaian kalung tersebut, Jeanne tersenyum. Akhirnya, untaian kalung yang berisikan 600 berlian paling mahal dari seantero daratan Eropa itu, menjadi miliknya. Kalung berlian itu, kemudian diserahkan kepada suaminya untuk dibawa ke London. Oleh suami Jeanne, untaian berlian itu dilepas, dan 600 berlian itu dijualnya di pusat perdagangan perhiasan di kawasan Bond Street London. 

Sebagian uang itu, dikirim ke Jeanne yang kemudian dibelikan rumah mewah dengan fasilitas mewah serta sebuah kereta kuda. Jeanne menjalani kehidupan glaomournya bersama seorang lelaki simpanannya.

Antoinette Marah
Dalam kurun waktu enam, di setiap pertemuan resmi dengan Antoinette, De Rohan merasa keheranan, karena Antoinette tidak pernah dilihatnya mengenakan untaian kalung berlian termahal di dunia itu. Kemudian, dalam sebuah kesempatan, De Rohan menyapa Antoinette dan menanyakan kenapa kalung berlian yang dihadiahkan itu, tidak dipakai.

Mendengar itu, Antoinette menjadi berang. Ia merasa terhina dan dicemarkan nama baiknya oleh De Rohan. Merasa tidak senang, Antoinette memerintahkan Parlemen Prancis untuk melakukan pengusutan terhadap pernyataan De Rohan. Dari hasil penyidikan, Jeanne akhirnya dijebloskan ke rumah tahanan. Sebagai hukumannya, di bagian tubuh Jeanne dicap dengan besi panas, huruf “V”. Huruf ini sebagai tanda bahwa dirinya adalah perampok dan penipu.

Jeanne dituduh melakukan tindakan penipuan yang mencemarkan nama baik Antionette dan merugikan De Rohan.

Memicu Revolusi
Ternyata, penahanan Jeanne de La Motte, mendapat rasa simpatik dari rakyat Prancis. Menurut rakyat yang selama ini hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, Jeanne tidak bersalah. Mereka yakin, bahwa Jeanne dijadikan “kambing hitam” dari kehidupan Antoinette yang memang suka berfoya-foya. 

Walau di lingkungan istana, kejadian ini dianggap sebagai guyonan, namun bagi rakyat Prancis dijadikan sebagai masalah serius. Rakyat tidak bisa menerima, Antoinette menghambur-hamburkan uang untuk membeli kalung berlian, sementara rakyat hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Kejadian ini, akhirnya memicu revolusi di Prancis.

Pergerakan revolusi membebaskan Jeanne de La Motte, yang kemudian dilarikan ke London. Sementara, Antoinette ditangkap dan dipenjarakan karena menghamburkan-hamburkan uang untuk membeli kalung berlian termahal di dunia. Tahun 1773, Antoinette disidangkan di Pengadilan Revolusi. 

Marie Antoinette dihukum mati oleh revolusi dengan mesin pancung guillotine. Warga Prancis menghakimi Antoinette sebagai ningrat yang suka berfoya-foya terutama di Istana Trianon -faktanya memang begitu- dan cinta busana – serta berhura-hura hingga fajar tiba. 

Benar tidaknya kasus ini, sampai sekarang belum dapat dibuktikan. Apalagi, dua tahun sebelum Antoinette dihukum pancung, Jeanne de La Motte, tewas bunuh diri, melompat dari sebuah rumah di Edgware Street London. (berbagai sumber/rangkuman: evin bakara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

loading...