China kembali menunjukkan keunggulan dalam bidang teknologi setelah sukses meluncurkan modul eksperimen laboratorium luar angkasa Tiangong-1 (Istana Surgawi-1), Kamis (29/9/2011) malam. Roket Long March 2FT1, yang membawa modul tersebut, meluncur dengan mulus dari pusat peluncuran Jiuquan di kawasan Gurun Gobi, Provinsi Gansu, China barat laut, tepat pukul 21.16 waktu setempat atau 20.16 WIB.
Perdana Menteri China Wen Jiabao menyaksikan langsung proses peluncuran itu, saat roket dan muatannya melesat ke luar angkasa menembus langit malam yang cerah. Modul seberat 8,5 ton itu akan ditempatkan di orbit setinggi 350 kilometer di atas permukaan Bumi.
Setelah Tiangong-1 berada di orbitnya, China akan meluncurkan pesawat luar angkasa Shenzhou 8 dalam beberapa pekan mendatang. Shenzhou kemudian akan digunakan untuk latihan melakukan proses bergandeng (docking) dengan Tiangong melalui proses yang dikendalikan secara jarak jauh dari stasiun pengendali di Bumi.
Dua misi lagi direncanakan tahun depan, salah satunya dengan melibatkan astronot, yang kemudian akan mencoba tinggal di Tiangong-1 selama satu bulan. Semua misi luar angkasa ini adalah bagian dari ambisi China untuk mengorbitkan dan mengoperasikan stasiun luar angkasa buatan sendiri mulai tahun 2020.
China sudah berulang kali menyatakan minat untuk bergabung dengan 16 negara yang berkolaborasi mengoperasikan ISS. Namun, keinginan China itu selalu ditolak oleh AS, dengan alasan kedekatan program luar angkasa China dengan pengembangan militer China yang tertutup. Akhirnya, China memutuskan mengembangkan teknologinya sendiri untuk membuat stasiun luar angkasa. China pertama kali menerbangkan astronot ke orbit pada 2003, dan menjadi negara ketiga di dunia setelah Rusia dan AS yang mampu melakukan hal itu. Tahun lalu negara itu meluncurkan wahana pengorbit Bulan pertama. (sumber : kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar