4 “Mindset” Finansial yang Wajib Direformasi - Loverlem blog

Post Top Ad

loading...

09 September 2011

4 “Mindset” Finansial yang Wajib Direformasi


Percuma saja menyusun resolusi keuangan ataupun perencanaan keuangan jika Anda masih bersembunyi di balik kebiasaan atau perilaku finansial yang emosional.
Teressa Moore Griffin, pendiri dan CEO Spirit of Purpose, perusahaan yang memberikan konsultasi strategi bisnis, mengatakan, seseorang harus terlebih dahulu mengatasi masalah emosional dan psikis menyangkut keuangan sebelum menjalankan berbagai rencana finansial yang sudah dirancangnya. Menurut Griffin, ada empat kebohongan finansial yang berdampak negatif. Untuk mengatasinya, Anda perlu mereformasi pola pikir dan perilaku finansial.
1. Merasa pecundang jika mengakui kegagalan finansial
Pikiran seperti ini perlu diubah total. Anda perlu memahami bahwa Anda tak sepenuhnya gagal meski kondisi finansial tak menguntungkan. Perasaan seperti ini hanya melebih-lebihkan kenyataan pahit yang sedang Anda alami, yakni Anda terpuruk atau malu mengenai keadaan keuangan yang sulit.
Selanjutnya, kata Griffin, mulailah bangkit dari keterpurukan Anda. Susun rencana untuk memperbaiki kondisi finansial Anda. Saat menyusun rencana, pelajari apa yang telah Anda lakukan dan belum dilakukan sehingga membawa Anda pada kondisi finansial yang sulit saat ini. Belajarlah dari kesalahan dan lakukan perubahan di masa depan. Kunci sukses mengubah pola pikir ini adalah jangan pernah mengasihani diri sendiri. Segeralah bangkit mengatasi masalah keuangan Anda.
2. “Saya tidak bisa mengubah kebiasaan belanja yang sudah berjalan selama ini”
Menggunakan frase “saya tidak bisa”, sama saja dengan mengatakan “saya tidak mau”. Pernyataan ini menunjukkan resistensi sekaligus menandakan Anda tidak fleksibel. Belajarlah dari orang lain yang menikmati hidup dengan kondisi keuangan yang baik. Tanyakan bagaimana mereka mengatur gaya hidup. Lalu aplikasikan cara mereka pada diri Anda dan lihat bagaimana dampaknya. Pada awalnya mungkin Anda akan merasa canggung dengan gaya hidup yang berbeda, tetapi lama-kelamaan Anda akan terbiasa. Bagaimanapun Anda adalah manusia yang mampu dan fleksibel terhadap perubahan.
3. “Saya hanya merasa senang saat memiliki barang baru”
Saat Anda merasa tak pernah terpuaskan dengan kebutuhan membeli barang baru, artinya Anda terjebak pada ilusi dan mencoba mengisi kekosongan dengan belanja barang yang sebenarnya tak dibutuhkan. Tanyakan kepada diri sendiri, hal apa yang sebenarnya Anda idamkan selain berbelanja, saran Griffin. Anda harus berhadapan dengan adiksi yang didorong oleh emosi yang kuat. Untuk mengatasinya, Anda harus lebih kuat.
Cara mengatasi adiksi seperti ini adalah mengubah kebiasaan buruk dengan hal yang lebih bermanfaat. Cobalah menghentikan kebiasaan lama yang buruk tersebut dan lakukan kebiasaan baru. Cara ini lebih menyehatkan untuk Anda. Selain itu, lakukan aktivitas yang sifatnya konstruktif untuk mengalihkan keinginan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak mampu dibeli. Pasang DVD olahraga yang Anda gemari dan lakukan gerakan yang lebih menyehatkan daripada melayani keinginan emosional Anda untuk berbelanja barang baru yang tak perlu.
4. “Keluarga saya akan menderita jika mengetahui orang lain melihat kami tak lagi hidup berkecukupan”
Dengan memelihara sikap ini, Anda tengah bertarung dengan citra diri, dan ego telah membuat Anda terperangkap dalam situasi ini. Anda sedang menggunakan alasan yang tak logis untuk membuat penderitaan mental dan emosional semakin menjadi. “Jangan terus-menerus berpikiran bahwa sesuatu hal akan semakin buruk nantinya,” saran Griffin.
Untuk mengatasinya, kata Griffin, ubah perspektif Anda dan ganti jalur Anda ke pengalaman yang lebih positif. Saat Anda harus mengubah gaya hidup untuk menyesuaikan dengan kondisi finansial, fokuslah pada sisi positif dari situasi tersebut. Ambil sisi baiknya. Keadaan keuangan yang menurun justru membuat hubungan keluarga lebih erat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

loading...