Presiden perusahaan Tokyo Electric Power Co. (Tepco), Masataka Shimizu, mengundurkan diri dengan dengan tidak hormat karena merasa gagal memimpin perusahaan pada saat krisis. Dia juga mengaku bertanggung jawab atas kerugian yang diderita masyarakat setelah instalasi nuklir Fukushima Dai-ichi meledak.
Dilansir dari laman Associated Press, Jumat, 20 Mei 2011, Shimizu meminta maaf atas semua bencana yang terjadi setelah Pembangkit Listrik tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi meledak pasca bencana gempa bumi dan tsunami, 11 Maret lalu.
"Saya yang menanggung semua tanggung jawab perusahaan dan akan menutupnya secara simbolis. Kami sedang melakukan semampu kami untuk mengatasi krisis ini," ujar Shimizu sambil berkali-kali membungkukkan badannya tanda meminta maaf.
Tiga reaktor di PLTN Dai-ichi dilaporkan meleleh setelah sistem pendingin di instalasi tersebut rusak akibat terjangan tsunami. Tingkat gelombang radioaktif yang tinggi memaksa ratusan ribu warga di radius hingga 30 km mengungsi. Upaya untuk mendinginkan reaktor hingga saat ini terus dilakukan dengan hasil yang sangat minim.
Pengunduran diri Shimizu telah diperkirakan sebelumnya setelah Tepco mengalami penurunan kinerja serta kerugian hingga 1,25 triliun yen atau sekitar Rp107 triliun. Kerugian ini belum lagi ditambah biaya kompensasi yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada para warga yang terkena imbasnya.
Tepco juga dihujani kritikan atas ketidaksiapan mereka dalam menghadapi bencana. Tepco juga dinilai lambat dalam penanganan reaktor bermasalah serta tidak transparan dalam memberikan informasi krisis pada PLTN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar