Bahasa Inggrisnya umbrella. Maknanya tidak bergeser jauh dari kata asli dalam ba hasa Latin yang diserapnya, umbra: tempat teduh. Orang sekarang memang memakai payung sebagai pelindung sengatan matahari dan hujan. Meskipun dalam kebudayaan kita dipakai juga untuk alat pelengkap tari, upacara kematian, hiasan, dan lainnya.
Namun para bangsawan Mesir, Mesopotamia, maupun Cina sejak tahun 12 SM menjadikan payung sebagai atribut kebangsawanannya. Bahkan para wanita teman tidur raja Siam hanya dilengkapi tiga buah payung sebagai pelin dung tubuh.
Berhubung mahal dan langka, hanya orang tertentu yang punya. Makanya para raja bangga jika memilikinya. Apalagi kalau bisa mengoleksi berbiji-biji seperti halnya penguasa Aya, sampai ia menyebutkan dalam gelarnya "Raja Para Gajah Putih dan Penguasa 24 Payung".
Lalu saking beratnya payung zaman dulu, harus ada orang lain - biasanya budak - yang memegangi atau membawakannya. Seperti nampak dalam gambar-gambar kuno, para raja, pejabat, atau pendeta diiringi pembawa payung yang tugasnya melindungi sang majikan dari terik matahari. Payung lalu menjadi simbol status kehormatan.
Lambat laun orang Eropa pun mengenalnya meski kaum bang sawan dan orang kaya di sana hanya menggunakannya sebagai pelindung dari sengatan matahari.
Pada abad XVII payung semakin memasyarakat setelah teknik pembuatannya maju dan ditemukan bahan murah. Atap pa yung dari kulit diganti kain ringan, misalnya sutera yang lalu jadi populer. Rangkanya dari tulang ikan paus. Payung berangsur-angsur semakin ringan sehingga bantuan untuk membawanya tak perlu lagi.
Fungsinya juga bertambah sebagai pelindung dari hujan. Orang Prancis lalu membedakan payung sesuai fungsinya dengan istilah parasol - payung matahari, dan parapluei - payung hujan.
Namun pada zaman itu belum semua masyarakat menerimanya. Misalnya, kaum pria Prancis menganggap genit lelaki yang memakai payung dan menurunkan derajatnya. Juga ada yang menilai pa yung hanya pantas bagi mereka yang tidak mampu membeli kereta. Pemilik payung identik dengan bukan orang kaya, tapi sok kaya. Benda yang semula simbol status kekuasaan, berubah peran jadi sarana murah pengganti kereta.
Adalah Jonas Han way (1712 - 1786) yang pertama-tama membuat Inggris jatuh cinta pada payung. Tadinya Hanway diolok-olok orang tiap kali terlihat berjalan dengan "senjata" payung untuk menentang cuaca buruk. Lebih kacau lagi, ia dimusuhi tukang pikul tandu dan sais kereta yang merasa terancam periuk nasinya gara-gara payung.
Payung baru populer setelah dipakai Beau Macdonald, pria pesolek amat kesohor di Inggris, meskipun ia pernah dianggap aneh sampai saudara perempuannya sendiri menolak tampil bareng bersamanya.
Rangka tulang paus digeser logam. Pada 1850-an Samuel Fox pertama kali merancang bingkai sehingga lebih ringan tapi lebih kuat. Payung makin disukai sebagai alat pelindung se telah muncul trend mode kulit tubuh yang pucat dan putih mulus. Namun trend ini' tak bertahan lama sebab tak lama setelah PDI muncul pendapat bahwa sinar matahari itu menyehatkan. Fungsinya pun kembali sebagai penangkal hujan dan lambang status saja.
Dari sudut lain Sigmund Freud, pakar psikoanalisis, bilang payung dalam mimpi biasanya berkaitan dengan kehidupan seksual yang memuaskan, sebab payung itu simbol phallus (alat kelamin lelaki).
Payung pernah membuat Hitler kecele sehabis melihat PM Inggris Lord Chamberlain turun dari pesawat sambil menenteng payung.
Menurut Hitler, sebuah bangsa yang pemimpinnya begitu repot melindungi diri dari hujan saat negara-negara di dunia dalam kekuatan seimbang, tentu tidak punya pertahanan tangguh. Ternyata dari hasil PD II, kesimpulannya itu salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar