Asal Mula Parfum - Loverlem blog

Post Top Ad

loading...

09 Maret 2011

Asal Mula Parfum


Penciuman memang indera penting pada manusia. Bau-bau khas bisa langsung mengingatkan kembali pada seseorang atau tempat tertentu. Dokter bisa mendiagnosis penyakit dari bau yang ditimbulkannya. Sementara kelezatan makanan dapat ditebak dengan mencium aroma sedapnya.

Bau pun bisa bermacam-macam, memuakkan atau menyenangkan. Malah sebenarnya setiap orang memiliki bau badan khas yang bisa dengan sangat baik ditangkap oleh indera pen ciuman anjing. Konon, suku asli Afrika mencium bau busuk pada bangsa kulit putih. Sebaliknya bangsa Eropa berpendapat kulit berwarna memancarkan bau yang kurang menyenangkan.

Diduga bau harum dari wewangian telah dikenal sejak 5.000 tahun yang lalu oleh sebagian besar suku bangsa kuno dan merasuk ke dalam tiap sendi tata cara kehidupan mereka. Terbukti ketika tahun 1922, di dalam makam Tutankhamun di Mesir ditemukan sejumlah guci berisi wewangian yang masih terjaga keharumannya, meski diperkirakan wewangian itu berasal dari tahun 1350 SM.

Dari sudut estetika wewangian bisa menggambarkan keindahan, sementara secara kejiwaan unsur ini menimbulkan perasaan sempurna pada wanita. Namun yang pasti, wewangian memang mampu memuaskan indera pencium an. Sementara pada kepercayaan tertentu wewangian selalu disertakan saat melakukan upacara ritual. Fungsinya sebagai pengharum dan membangun suasana khidmat ibadah. Kabarnya, tukang sihir pun menggunakan we wangian yang dipercaya mampu menghimpun semua kekuatan. Bangsa Mesir kuno yakin, we wangian akan menyempurnakan seluruh tubuh manusia dan setelah kematian rohnya akan dibawa ke surga oleh asap dupa. Ada aturan dari kepercayaan Zoroaster yang mengharuskan pengikutnya mempersembahkan wewangian di al tar lima kali sehari.

Wewangian atau parfum yang sering dibercandai sebagai "pengusir bau tidak enak" sebenarnya tidak melenceng dari tujuan utamanya.

Pada zaman prasejarah, orang yakin cara terbaik untuk melayani dewa adalah mempersembahkan makanan. Termasuk di antaranya membakar hewan-hewan kurban, yang tentu - menurut mereka - akan disukai dan diterima dewa. Namun upacara pembakaran itu bukanlah hal yang menyenang kan, terutama karena bau busuknya. Untuk itu, mulailah dipakai wewangian, yang selanjutnya menjadi unsur penting dalam upacara pembakaran hewan kurban. Wewangian - yang semula untuk menyamarkan bau busuk - dipandang memberikan nilai tambah pada persembahan karena konon dewa menyukai keharuman itu.

Dalam kepercayaan kuno wewangian dianggap ampuh untuk mengusir gangguan roh jahat. Kabarnya roh ini sangat tidak suka wewangian, seketika mereka kabur saat mencium baunya. Tak terkecuali roh jahat penyebab penyakit, sehingga unsur ini sering dipakai untuk obat. Wewangian sebagai obat tak hanya digunakan sebagai pencegah tapi juga penyembuh berbagai penyakit. Para tabib Yunani khusus menganjurkannya sebagai obat pencegah pe nyakit pernapasan.

Makin la ma banyak orang mengetahui manfaat positif rangsangan bau wewangian.

Aromanya dipercaya mampu membersihkan tubuh dan menjernihkan pikiran mereka. Setidaknya, we wangian adalah alat siap pakai yang andal dalam mengusir bau badan yang kurang sedap. Bagaimana tidak, karena dalam tubuh manusia terdapat lebih dari 2 juta kelenjar keringat.

Para wanita pun menyadari peran pentingnya. Sebagaimana bunga dengan bau harumnya yang mampu memikat lebah, wa nita pun yakin mampu menarik pria dengan wewangian yang memancar dari tubuhnya. We wangian yang tepat sama pen tingnya dengan daya tarik kaum wanita lainnya seperti suara merdu, senyuman, dan rambut yang indah. Rudyard Kipling pernah dengan sungguh-sungguh berujar, "Keharuman membuat jantung berdebar lebih keras dibandingkan de ngan suara atau tatapan mata."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

loading...