Ukuran keluarga ideal tidak dapat diukur dari kemampuan ekonomi semata, namun bergantung dari kemampuan berkomitmen dalam menjaga keharmonisan.
Demikian disampaikan Psikolog Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Kuswardani Susari Putri.
"Ideal itu tidak hanya diukur bedasarkan jumlah anggota dalam keluarga dan kemampuan finansial, namun persoalan komitmen menjaga keharmonisan antar anggota keluarga justru lebih penting," kata Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Andalas (Unand) itu, di Padang, Senin.
Menurutnya, sebagian besar keluarga di Indonesia masih lemah dalam berkomitmen untuk menjaga keharmonisan. Hal itu cenderung disebabkan intensitas kesibukan masing-masing anggota keluarga lebih dominan dibanding waktu luang yang dimanfaatkan untuk berkomunikasi lebih intensif.
Ia mencontohkan, seorang ayah dan atau ibu dalam keluarga punya kesibukan akan peran mereka untuk mencari nafkah. Sementara anak disibukan oleh perihal pendidikan yang kadang kala menyita waktu hingga malam hari.
"Orangtua punya kesibukan untuk memenuhi kebutuhan finansial sementara anak disibukkan oleh kewajiban pendidikan yang bahkan menyita waktu hingga tengah malam. Hal itu berakibat minimnya waktu berinteraksi antara anak dan orang tua," katanya.
Meski dalam kondisi tersebut, seharusnya setiap anggota keluarga mampu menjaga komitmen sedikitnya meluangkan waktu untuk lebih intensif berkomunikasi, sehingga keharmonisan dapat diwujudkan dalam keluarga.
"Implikasinya bisa dilihat dari tatacara bersikap antara anak dan orang tua," ujar Kepala Instalasi Kesehatan Jima Masyarakat di RSJ HB Sa’anin Padang itu.
Keluarga yang ideal itu, katanya, selain memiliki kesanggupan finansial terhadap kebutuhan jasmani yang didasarkan pada jumlah anggota keluarga, sudah seharusnya pula ukuran ideal itu dilandaskan pada pencapaian akan kebutuhan psikis.
Jadi, ukuran sejahtera dalam sebuah keluarga, samasekali tidak bergantung pada aspek finansial dan kesanggupan ekonomi pada pemenuhan kebutuhan jasmani saja, katanya.
"Boleh jadi keluarga ideal itu beranggotakan ayah, ibu dan dua orang anak, namun tidak mutlak bisa menjamin ukuran ideal secara spkis jika tidak memiliki komitmen untuk menjaga keharmonisan," katanya.
Lebih luas lagi, tambahnya, implikasi dari keluarga dengan ukuran ideal secara jumlah (ayah, ibu dan dua orang anak) namun tidak kuat pada komitmen, bisa memunculkan bibit perpecahan antar anggotanya.
Begitu banyak contoh yang dapat dilihat dalam masyarakat, salahsatunya keluarga dari kalangan mampu bahkan kaya raya, justru anaknya tidak menghormati orang tua bahkan terjerumus dalam tindakan kriminal akibat lemahnya pengaruh orang tua terhadap kebutuhan anak secara psikis.
Ia mengingatkan, berkaitan dengan peringatan hari keluarga nasional pada 29 Juni mendatang, kesadaran keluarga untuk memugar komitmen guna menjaga keharmonisan harus diwujudkan kembali, meski tidak dapat ditampik berbagai kesibukan sudah sangat membebani di era modern saat ini.
"Jika komitmen untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga dapat diwujudkan, persoalan dari dampak keterbatasan ekonomi paling tidak dapat diinimalisir," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar