ke sebuah gerai tempat penjual eskrim. Karena pendek, ia terpaksa memanjat untuk bisa
melihat si pramusaji. Penampilannya yang lusuh sangat kontras dengan suasana hingar
bingar mal yang serba wangi dan indah.
“Mbak sundae cream harganya berapa?” si bocah bertanya.
“Lima ribu rupiah,” yang ditanya menjawab.
Bocah itu kemudian merogoh recehan duit dari kantongnya. Ia menghitung recehan di
tangannya dengan teliti. Sementara si pramusaji menunggu dengan raut muka tidak sabar.
Maklum, banyak pembeli yang lebih “berduit” ngantre di belakang pembeli ingusan itu.
“Kalau plain cream berapa?”
Dengan suara ketus setengah melecehkan, si pramusaji menjawab, “Tiga ribu lima ratus”.
Lagi-lagi si bocah menghitung recehannya, ” Kalau begitu saya mau sepiring plain cream
saja, Mbak,” kata si bocah sambil memberikan uang sejumlah harga es yang diminta. Si
pramusaji pun segera mengangsurkan sepiring plain cream.
Beberapa waktu kemudian, si pramusaji membersihkan meja dan piring kotor yang sudah
ditinggalkan pembeli. Ketika mengangkat piring es krim bekas dipakai bocah tadi, ia
terperanjat. Di meja itu terlihat dua keping uang logam limaratusan serta lima keping
recehan seratusan yang tersusun rapi.
Ada rasa penyesalan tersumbat dikerongkongan. Sang pramusaji tersadar, sebenarnya
bocah tadi bisa membeli sundae cream. Namun, ia mengorbankan keinginan pribadi
dengan maksud agar bisa memberikan tip bagi si pramusaji.
Pesan moral yang dibawa oleh anak tadi: setiap manusia di dunia ini adalah penting. Di
mana pun kita wajib memperlakukan orang lain dengan sopan, bermartabat, dan dengan
penuh hormat.
http://emersontpl07.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar