OM INI TERLALU BAIK, DIGEREBEK SEKAMAR, TOLAK TELAH MENCICIPI CINDY SI GADIS UMUR 16 TAHUN - Loverlem blog

Post Top Ad

loading...

27 Juli 2010

OM INI TERLALU BAIK, DIGEREBEK SEKAMAR, TOLAK TELAH MENCICIPI CINDY SI GADIS UMUR 16 TAHUN


Meski membenarkan telah membawa Cindy (16) ke Sibolga dan mencari tempat kos di Jalan Cemara, Gg Cendana, Medan Timur untuk siswi SMK itu, Suyadi (45) mengaku tak pernah mencicipi tubuh gadis berusia 16 tahun itu. Padahal kata Cindy, di Sibolga mereka tidur sekamar di mess Pemprovsu.

Seperti berita sebelumnya, Cindy gadis cantik berambut panjang yang tinggal di Jalan Pasar III, Dusun VIII, Desa Seintis, Percut Sei Tuan, mengaku telah dinodai Suyadi pegawai Dinas PU Jalan Pemprov Sumatera Utara. Gadis berdarah Nias-Mandailing ini pertamakali dinodai di Hotel Bukit Hijau di kawasan Padang Bulan.

“Dia kuingat langsung membuka baju dan celana hingga tinggal celana dalam saja. Melihat itu aku langsung keluar, tapi dia ngambil kunci dan menyimpannya. Setelah itu dia mendekapku. Dia membuka semua pakaianku. Aku menangis minta tolong supaya dia tak melakukan itu. Tapi dia tetap menyetubuhiku,” begitu pengakuan Cindy.

Terakhir, Suyadi digerebek bersama Cindy di salah satu tempat kos di Jalan Cemara, Gg Cendana, Medan Timur. Adalah ibu Cindy, Ramadhani (38) bersama warga yang langsung melakukan penggerebekan. Tapi saat ditangkap, Suyadi memelas mohon tidak dilapor ke polisi. Untuk itu Suyadi memberikan uang Rp5 juta dan HP kepada Rahmadani.

“Katanya uang itu diberikannya hanya untuk upa-upa putri kami. Kami pun tak lapor polisi karena malam itu putri kami mengaku belum dirusaknya. Tapi saat kami bawa putri kami ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk divisum, ternyata kesucian putri kami telah dirusak. Kami pun melapor ke Poltabes,” terang Ramadhani.

Atas laporan ibu Cindy, reporter koran ini mencoba melacak keberadaan Suyadi. Berbekal KTP Suyadi yang diberikan ibu Cindy, reporter koran ini mendatangi Jalan Suka Tabah, Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, seperti yang tertera di KTP. Tapi sebelumnya reporter koran ini mendatangi Dinas PU bagian Pengairan, Jembatan, Diklat, Balai Besar Pelaksana Jalan di Jalan Sakti Lubis. Namun berhubung hari Sabtu, tak ada pegawai di sana.

Tak putus asa reporter koran ini mendatangi alamat Suyadi yang berjarak sekitar 1 km dari tempatnya bekerja. Begitu sampai di Jalan Suka Tabah, seorang warga yang sedang memperbaiki mobil menunjukkan rumah Suyadi yang masuk gang.

Tanpa menemui kesulitan, alamat Suyadi ditemukan. Rumahnya berukuran 6x7 bertipe semi permanen. Di rumah sederhana itu Suyadi tinggal bersama istri dan 2 anaknya. Dan saat reporter koran ini bertamu, Suyadi terlihat berada di dalam rumah.

Suyadi membawa reporter koran ini duduk di depan warung orang tuanya. Tampak istrinya Fitri (45) menemani sesi wawancara. Dan saat dikonfrontir semua tuduhan, Suyadi membantah.

“Saya nggak ada melakukan pencabulan. Saya dijebak keluarga Cindy. Mereka cuma mencari uang. Kalau memang benar saya mencabulinya, saya siap bertangungjawab menikahinya,” kalitnya.

Suyadi sendiri mengaku hanya sebagai supir di Dinas PU. Dan pengakuan Suyadi, dia memutuskan untuk mundur sebagai pengawai negeri sipil sejak 5 bulan pasca laporan orang tua Cindy ke Poltabes Medan.

“Terus terang, aku sudah berhenti kerja 5 bulan lalu. Aku tak mau instansiku malu,” ujarnya.

“Aku kasihan melihat anakku. Aku nggak bisa belikan anakku lagi peralatan sekolah. Sekarang aku hanya mengharapkan bantuan dari saudara-saudaraku. Aku nggak tahu lagi harus bekerja apalagi,” sambungnya yang setiap Senin dan Kamis harus wajib lapor ke kantor polisi.

Cindy yang Menghampiri

Pengakuan Suyadi, Desember 2009 lalu, dia menemani salah seorang staf Dinas PU ke Medan Plaza. Sambil menunggu staf itu di dalam mobil, datang Cindy menghampirinya. Cindy, kata Suyadi, minta diantar ke arah Aksara untuk menjumpai temannya.

“Waktu itu saya mau pulang mengarah ke Jalan Brigjend Katamso dan Cindy minta tolong diantarkan ke Aksara. Saya antarkan dan kemudian saya kembali ke Medan Plaza,” terangnya.

“Saat bertemu Cindy, dia mengaku diusir orangtuanya. Cindy juga mengaku kerja di rumah makan Makro Jalan Cemara. Saya pun kasihan dan menyuruh Zen teman sekantor saya mencari kos untuk Cindy,” sambungnya.

Pertemuan dengan Cindy terus belanjut. Kata Suyadi, beberapa hari kemudian, Cindy mengirim SMS yang isinya ngajak nonton. Suyadi menurut saja. Selesai nonton dia mengantar Cindy ke kos-nya di Jalan Cemara.

“Aku kasihan aja melihatnya. Jadi aku menyuruh rekanku mencari kos. Bahkan, separuh gaji kuberikan untuk Cindy supaya beli baju,” tepisya ketika dituding telah menodai siswi SMK kelas 1 itu.

“Aku kenal dengan Cindy dalam jangka 10 hari. Aku nggak pernah nginap di kosnya. Cindy sudah bolak-balik menyuruh aku nginap di kosnya, tapi aku nggak mau. Soalnya, aku nggak mau digrebek orang kampung. Jangankan mencabulinya, memasukkan kemaluanku saja belum ada,” tukasnya lagi.

Katanya Anda pernah memmbawa Cindy ke Sibolga?

Suyadi membenarkan hal itu. Tapi kata Suyadi, Cindy yang ngotot minta diantar ke Nias. “Kebetulan ketika itu aku ada pekerjaan di Sibolga. Aku pun antar dia ke Nias, bersama temanku bermarga Simbolon. Tapi begitu sampai di Nias Cindy tak mau ditinggalkan. Aku memaksanya turun dan bilang jangan menjebakku,” kata Suyadi.

Karena Cindy terus mengikut, Suyadi membatalkan rencananya ke Sibolga dan memilih balik ke Medan mengantar Cindy. “Gara-gara 4 hari tujuan nggak jelas, aku jadi nggak ke tempat kerjaanku mengerjai proyek jalan,” katanya.

Tapi Anda supir, apakah ikut mengerjakan proyek? Mendengar itu Suyadi diam.

Begitu juga ketika dituding pernah membawa Cindy menginap di hotel, Suyadi membantahnya. “Nggak benar itu. Hotel mana aku nginap. Aku tiap hari pulang ke rumah. Bahkan, aku ke kosnya cuma ngantarnya saja. Makanya, kadang aku ajak makan dan berikan uang kepadanya. Selain itu tidak ada,” jawabnya.

Soal pernah digerebek, Suyadi membenarkan. Tapi sebelum ditangkap kedua orang tuanya Cindy, dia bersama Azwar makan di seputaran Lapangan Gajah Mada. Saat itulah Cindy mengirimkan SMS lalu datang ke lapangan Gajah Mada.

“Selesai makan aku dan Azwar mengantarkan Cindy ke kosnya. Awalnya aku tak mau masuk. Bahkan Cindy memintaku menamaninya untuk satu malam. Dan saat pintu kos dibuka, aku langsung ditangkap kedua orangtua Cindy yang menuduh sudah membawa anaknya. AKu pun terkejut dan baru menyadari kalau selama ini kebaikanku ternyata berbanding terbalik,” ujarnya.

“Jujur saja, Cindy itu sudah kuanggap seperti anak sendiri. Sebelum aku ditangkap, aku juga sudah punya perasaan aneh karena Cindy sibuk mainkan HP-nya. Di situlah aku baru tahu kalau Cindy ingin menjebak dan sudah menipuku mentah-mentah. Aku ini orang susah,” timpalnya. (ali)

Dia Cuma Membela Diri!

PENGAKUAN Suyadi, ketika dia ditangkap kedua orang tua Cindy, dia memberikan uang Rp5 juta. Uang itu untuk biaya upa-upa setelah Cindy kabur dari rumah.

“Kau sudah bawa lari anakku. Kau harus upah-upahkannya,” begitu kata Suyadi mengutip omongan ibu Cindy.

Namun setelah uang Rp5 juta diberikan, Suyadi juga dipaksa meneken sebuah surat. Karena merasa terancam, Suyadi mengaku terpaksa meneken surat itu.

“Tapi karena mati lampu aku meneken saja surat itu. Aku tak sempat membacanya. Ternyata dalam surat itu keluarga Cindy minta Rp60 juta,” katanya.

Suyadi juga mempersoalkan visum yang menyebutkan Cindy tidak lagi perawan. Katanya, keluarga Cindy tidak ada menunjukkan hasil visum itu kepadanya.

“Aku nggak ngada-ngada. Aku tidak ada menodai Cindy,” tukasnya.

Di tempat terpisah, Roli ayah Cindy saat dikonfrontir soal bantahan Suyadi tampak berang. Kata Roli, jawaban Suyadi hanya untuk membela diri.

“Sekarang dia mau berdalih apa saja untuk pembelaan dirinya. Silahkan saja. Kita lihat saja nanti di pengadilan. Bukti, saksi, dan visum yang kita miliki ada,” kata Roli.

Saat disinggung kalau Suyadi terpaksa meneken surat pernyataan lantaran situasi mati lampu dan tertekan harus membayar uang Rp60 juta, Roli kembali membantah.

“Itu tidak benar. Waktu itu lampu hidup. Mana ada orang yang bersalah mau ngaku. Semuanya itu nggak benar. Itu alasan dia saja untuk bayar uang Rp60 juta. itu kemauan dia, bukan kemauan kami,” jawab Roli kesal.

Mengenai kalau anaknya yang ngaku diusir orangtua, Roli juga membantah.

“Suyadi sudah kelewatan. Suyadi membawa anak saya cabut,” sambungnya.

“Suyadi sudah nginap bersama anak saya di Sibolga. Itu akal-akalan dia saja untuk bela diri,” timpalnya lagi.

Sementara itu, Cindy yang ditanya apakah mau dinikahi Suyadi, menjawab berang. “Jangan tanya apa yang mau diberinya padaku bang, apalagi harus menikahiku. AKu mau dia dihukum karena telah membodoh-bodohiku,” tukas cewek yang mengaku dibelikan baju, minyak wangi, celana, dan HP dari Suyadi.

Cindy juga mengaku bingung kenapa dia bisa menurut pada Suyadi yang sudah berusia 45 tahun itu. “Jujur aku pun tak tahu bang, aku pun tak mengerti kenapa aku bisa jadi begini. Anehnya mengapa aku tak takut pada dia. Biasanya kalau ada laki-laki iseng, aku langsung jauhi,” ujarnya. (syahrul/fitra/ali)-posmetro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

loading...