CANDI RAJA, karya seni peninggalan peradaban Hindu, diperkirakan sangat besar. Selain merupakan rangkaian dari Candi Dieng, Candi Raja dipercaya lebih besar dari Candi Borobudur.
Ya, bisa jadi benar apa yang menjadi kepercayaan warga itu. Jika di lihat dari letak geografis, Candi Raja yang berada di Desa Candirejo Mojotengah, di sebelah barat juga terdapat candi yang masih terkubur. Orang sekitar menyebutnya Candi Jabon. Disebelah timurnya, masih terdapat Candi Sindon yang sekarang ini juga terkubur dan kawasan candi tersebut dijadikan tempat pemakaman leluhur.
Kepala Desa Candirejo, Uni Al Joni saat ditemui dikediamannya memperkirakan candi masih terangkai menjadi satu kesatuan pada masa kejayaan Hindu dulu. Menurutnya, akses ke candi memang sulit, namun banyak warga pada hari-hari tertentu datang menyaksikannya.
“Pada awalnya warga mempercayai sebagai tempat yang angker. Warga juga menjadikannya pemakaman,” ungkapnya.
Ia mengatakan, lokasi candi bertambah ramai, pada tahun 2000, mantan presiden RI almarhum KH Abdurahman Wahid menemukan makam yang secara spiritual dipercaya sebagai makam guru KH Hasyim Asyari, yakni Syekh Abdullah Qobudin. Makam tersebut kemudian dibangun secara permanen di samping pintu masuk kawasan candi.
“Waktu itu Gus Dur diantar almarhum KH Zubaidi,” jelasnya.
Petilasan Joni menambahkan, sebelum dibuat prasasti, pada malam-malam tertentu di petilasan tersebut sering terlihat cahaya memancar pada malam hari. Kalau pas baru beruntung, cahaya tersebut semakin terang memancar, namun ada pula yang baru sebentar hilang.
“Sampai sekarang pun masih ada, kalau menjelang ujian atau prajabatan, banyak yang datang pada malam Jumat Kliwon,” katanya.
Candi yang terkubur di dalamnya dipercaya besar karena selalu muncul bebatuan jika tanah dilubangi untuk pemakaman. Pihaknya juga mengaku candi sempat mau dijadikan objek wisata, namun kalau pemakaman warga dipindah, orang-orang sekitar menolak.
“Kalau ada yang menemukan bebatuan, ya ditumpuk di sekitar situ,” terangnya.
Kepala Seksi Sejarah, Museum dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Subuh Oni Wiyono SE mengatakan kawasan Candi Raja memang dikeramatkan. Menurutnya, candi tersebut merupakan candi yang dipercaya seumur dengan Candi Dieng.
“Candi itu dipercaya lebih besar dari Candi Borobudur,” ungkapnya.
Menurutnya, hal itu memang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenaran karena belum ada penelitian ilmiah. Pada tahun 2008 ada penelitian tim dari Yogyakarta hanya memastikan bahwa keberadaan bebatuan di sana merupakan peninggalan candi Hindu.
Oni juga mengatakan pernah ada peneliti dari Jakarta juga menyimpulkan hal yang sama. Jika dijadikan objek wisata, hal tersebut sangat mungkin karena mempunyai riwayat kesejarahan yang jelas. Hanya saja, akses ke sana cukup berat, sehingga membutuhkan banyak dana untuk mengembangkannya.
sumber
Ya, bisa jadi benar apa yang menjadi kepercayaan warga itu. Jika di lihat dari letak geografis, Candi Raja yang berada di Desa Candirejo Mojotengah, di sebelah barat juga terdapat candi yang masih terkubur. Orang sekitar menyebutnya Candi Jabon. Disebelah timurnya, masih terdapat Candi Sindon yang sekarang ini juga terkubur dan kawasan candi tersebut dijadikan tempat pemakaman leluhur.
Kepala Desa Candirejo, Uni Al Joni saat ditemui dikediamannya memperkirakan candi masih terangkai menjadi satu kesatuan pada masa kejayaan Hindu dulu. Menurutnya, akses ke candi memang sulit, namun banyak warga pada hari-hari tertentu datang menyaksikannya.
“Pada awalnya warga mempercayai sebagai tempat yang angker. Warga juga menjadikannya pemakaman,” ungkapnya.
Ia mengatakan, lokasi candi bertambah ramai, pada tahun 2000, mantan presiden RI almarhum KH Abdurahman Wahid menemukan makam yang secara spiritual dipercaya sebagai makam guru KH Hasyim Asyari, yakni Syekh Abdullah Qobudin. Makam tersebut kemudian dibangun secara permanen di samping pintu masuk kawasan candi.
“Waktu itu Gus Dur diantar almarhum KH Zubaidi,” jelasnya.
Petilasan Joni menambahkan, sebelum dibuat prasasti, pada malam-malam tertentu di petilasan tersebut sering terlihat cahaya memancar pada malam hari. Kalau pas baru beruntung, cahaya tersebut semakin terang memancar, namun ada pula yang baru sebentar hilang.
“Sampai sekarang pun masih ada, kalau menjelang ujian atau prajabatan, banyak yang datang pada malam Jumat Kliwon,” katanya.
Candi yang terkubur di dalamnya dipercaya besar karena selalu muncul bebatuan jika tanah dilubangi untuk pemakaman. Pihaknya juga mengaku candi sempat mau dijadikan objek wisata, namun kalau pemakaman warga dipindah, orang-orang sekitar menolak.
“Kalau ada yang menemukan bebatuan, ya ditumpuk di sekitar situ,” terangnya.
Kepala Seksi Sejarah, Museum dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Subuh Oni Wiyono SE mengatakan kawasan Candi Raja memang dikeramatkan. Menurutnya, candi tersebut merupakan candi yang dipercaya seumur dengan Candi Dieng.
“Candi itu dipercaya lebih besar dari Candi Borobudur,” ungkapnya.
Menurutnya, hal itu memang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenaran karena belum ada penelitian ilmiah. Pada tahun 2008 ada penelitian tim dari Yogyakarta hanya memastikan bahwa keberadaan bebatuan di sana merupakan peninggalan candi Hindu.
Oni juga mengatakan pernah ada peneliti dari Jakarta juga menyimpulkan hal yang sama. Jika dijadikan objek wisata, hal tersebut sangat mungkin karena mempunyai riwayat kesejarahan yang jelas. Hanya saja, akses ke sana cukup berat, sehingga membutuhkan banyak dana untuk mengembangkannya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar