Tak seperti kata orang yang menyebut bahwa setelah melahirkan, vagina seorang perempuan bakal longgar. Perempuan ini tidak merasakan hal ini. Justru makin sempit dan keset
seperti yang surat yang ditulisnya ke tribunnews.com
Dear Miss V,
Saya seorang ibu rumahtangga ingin berbagi cerita. Sekaligus meluruskan anggapan bahwa sesi bercinta setelah melahirkan akan hambar. Bagi saya, sesi bercinta setelah melahirkan justru semakin hot. Suami juga merasa demikian. Padahal sebelumnya saya sempat takut kalau ‘jepitan’ saya berkurang.
Apalagi banyak teman yang bilang begini, “hati-hati, lho, jeung. Kalau tidak merawat diri, nanti ‘jepitannya’ berkurang. Bisa-bisa suami lari atau cari ‘jajanan’ di luar.” Alhasil saya banyak minum jamu dan ramuan resep leluhur yang rasanya amburadul. Semua agar suami merasa puas ketika ‘buka puasa’ setelah 40 hari.
Ketika saatnya tiba, saya merasa takut kalau ‘jepitan’ saya sudah longgar. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Vagina saya tidak longgar seperti yang ditakutkan! Awalnya saya merasa ini karena sudah lama tak berhubungan intim, jadi terasa sempit lagi. Tapi setelah beberapa kali sesi bercinta, vagina saya tetap sempit. Tak kalah sempit dengan ‘jepitan’ sewaktu saya masih belum melahirkan.
Rupanya suami juga merasakan hal demikian. Malah ia sampai heran sendiri. Kok bisa vagina saya tak longgar seperti yang ditakutkan banyak pasangan. Memang pada beberapa gaya ada sisi vagina yang terasa longgar, tapi secara keseluruhan vagina saya terasa sempit. Malah di dalam vagina saya seperti ada sesuatu yang menjepit Mr. P suami sehingga terasa lebih enak. Alhasil, saya dan suami makin sering berhubungan seks.
Tiap ada kesempatan, kami pasti curi-curi untuk bercinta. Entah sesi singkat alias quickie atau sesi panjang. Lucunya, suami saya seringkali menunda ejakulasi. Alasannya, “habis mama enak banget sih. Papa jadi pengen lama-lama. Ngga mau keluar dulu.”
Bagi saya, ucapan nakal suami seperti pujian yang melambungkan saya ke langit. Semua ketakutan akan vagina longgar dan seks basi setelah melahirkan buyar sudah. Saya menduga kalau ini ‘keusilan’ dokter kandungan yang menangani persalinan saya. Sebab si dokter pernah bilang akan berusaha membuat vagina saya tetap ‘sempit’ setelah melahirkan.
Yang jelas, fenomena vagina longgar setelah melahirkan tak terjadi pada saya. Entah karena ‘kerjaan tangan’ si dokter kandungan ataupun karena ramuan leluhur yang saya minum selama 40 hari masa puasa seks. Saya hanya ingin berpesan pada wanita lain agar jangan takut dengan istilah vagina longgar setelah melahirkan. Ketakutan tersebut malah bisa bikin sesi bercinta jadi tak nikmat. Siapa tahu, setelah melahirkan sesi bercinta jadi lebih hebat.
Lani, 25 tahun Bogor
Dear Lani yang terlambung ke langit,
Senang sekali mengetahui bahwa kehidupan seksual Anda sangat menyenangkan, bahkan Anda merasa mendapat komplimen dari suami berupa pujian yang melambungkan perasan Anda sampai ke langit.
Saya juga senang sekali mengetahui bahwa Anda paham yang namanya mitos itu memang bukan informasi yang benar, maka tidak usah dipercaya; apalagi sampai mempengaruhi kehidupan kita. Rugi ya?
Maka, benar sekali apa yang Anda katakan kepada wanita-wanita lain, " Jangan takut dengan istilah vagina longgar setelah melahirkan. Ketakutan tersebut malah bisa bikin sesi bercinta jadi tak nikmat."
Kekhawatiran vagina longgar itu memang tidak ada dasarnya. Dapat dikatakan bahwa orang yang membuat mitos itu maupun yang mempercayainya, karena kurang pengetahuan. Mereka mungkin mengira bahwa vagina wanita itu sama dengan karet balon. Yang tadinya berlubang sempit, setelah ditiup kemudian menjadi besar, dan sejak itu lubang tersebut tetap besar.
Barangkali, mereka membayangkan bahwa vagina juga sepertikaret balin itu. Yang tadinya sempit, setelah dilewati oleh kepala dan tubuh bayi, akan "menganga" selebar kepala dan pundak bayi. Tentu tidak sebanding dengan diameter penis. Tapi, sekali lagi, itu cuma bayangan yang keliru.
Yang benar adalah, Tuhan itu luar biasa super ekstra maha cerdas, sehingga tubuh yang Dia rancang pasti sempurna sesuai fungsinya. Kalau ada yang lahir tidak sempurna, pasti karena manusia melakukan kesalahan; misalnya saat di dalam kandungan kekurangan nutrisi tertentu.
Nah, dari sononya, Tuhan sudah merancang bahwa vagina itu antara lain untuk melakukan hubungan seks, selain sebagai jalan lahir. Hubungan seks tidak berakhir setelah seorang wanita melahirkan. Karena itu, Tuhan menciptakan vagina sedemikian rupa elastisnya. Dengan liang yang kecil itu, bayi bisa lewat, dan setelah itu kembali mengecil lagi; supaya kalau dimasuki penis bapaknya si bayi tetap berfungsi baik.
Sungguh perlu dikasihani kalau ada pria bodoh yang meyakini vagina longgar setelah melahirkan. Saya pikir, itu cuma alasan yang dicari-cari saja, supaya keinginan mereka untuk mencari wanita lain seolah-olah sah. Dan para wanita, tidak perlulah terseret dalam anggapan keliru seperti itu, karena semakin moderen sudah lebih mudah memperoleh informasi yang benar.
Termasuk juga, tidak perlu sibuk dengan beragam jamu yang membuat "keset". Anda yang bisa menikmati hubungan seks, pasti paham bahwa vagina harus licin saat berhubungan intim. Kalau tidak licin, baik vagina maupun penis akan sama-sama kesakitan dan lecet, sehingga tidak mungkin bisa menikmatinya.
Jadi, selamat berlicin-licin, supaya bisa melambung sampai ke langit. (*)
Makasih infonya....
BalasHapusMau dipraktekan ah.